Pemerintah Impor 500 Ribu Ton Beras Thailand dan Vietnam

Pemerintah Impor 500 Ribu Ton Beras Thailand dan Vietnam

Kenaikan harga beras di sejumlah daerah berkaitan dengan stok beras yang menurun-Yusuf Nugroho-Indonesia.go.id

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Sejak Desember 2022 hingga awal Februari 2023, harga beras merangkak naik. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang terlalu basah ketika panen raya musim kering pada bulan September-Oktober 2022 sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas beras. Akibatnya, stok beras cepat menipis.

Melansir laman resm indonesia.go.id, harga beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, naik hampir Rp 300 dibanding harga di awal Januari.

Harga beras jenis apa saja di Pasar Cipinang mencapai Rp 11.600 per kg di awal Februari 2023. Bahkan dibandingkan dengan harga di awal Desember 2022, kenaikan nyaris Rp 400 per kg.

Data lonjakan harga beras tersebut disajikan oleh PT Food Station Tjipinang  Jaya Persero (BUMD Pemprov DKI Jakarta) yang bisa diakses oleh khalayak umum.

Kenaikan harga beras di Pasar Cipinang imbas dari stok yang menurun sebesar 32 persen dari stok awal tahun. Kendati demikian, memasuki pekan kedua Februari, harga mulai melandai meskipun belum sepenuhnya turun.

Gambaran serupa juga disajikan oleh Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dari Bank Indonesia. Secara rata-rata nasional, harga beras masih stabil dalam pekan terkahir kendati harga di angka lebih dari Rp 1.000 di atas harga beberapa bulan sebelumnya.

Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam sebanyak 500 ribu ton. Pengiriman secara bertahap baru direalisasikan menjelang akhir Desember.

"Kami melakukannya secara nonstop. Tanpa jeda. Kami akan lakukan terus sampai harga beras di level yang wajar,’’ kata Dirut Perum Bulog (Persero) Budi Waseso.

Selain itu, Perum Bulog juga melakukan operasi pasar guna memantau dan menjaga stok beras di tingkat yang aman. 

"Untuk Pasar Induk Cipinang, Jakarta, misalnya, kita jaga stoknya tetap di angka 30 ribu ton. Sebelumnya, stok sempat turun hingga ke level 13 ribu ton,’’ lanjut Budi Waseso.

Sementara itu di tengah lonjakan harga, beberapa pedagang berlaku curang seperti mengoplos beras Bulog dengan beras lokal. Beras oplosan tadi lantas dilabeli merk dagang kemudian dijual sebagai beras medium seharga di atas Rp 12.000 per kg.

Padahal, beras Bulog didistribusikan dengan harga termahal Rp 8.500 per kg supaya harga konsumen tidak melebihi Rp 9.000 per kg.

Pada daerah yang mengalami defisit stok, harga beras pun merangkak naik. Sedikit ada penyusutan di sisi penawaran, harga otomatis melonjak.

Hal tersebut bisa terjadi karena sentra produksi beras hanya tersedia di wilayah tertentu seperti Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: