Review You Season 4 (Part 1): Rindu Joe yang Psikopat
JOE GOLDBERG, atau yang kini berubah nama jadi Jonathan Moore (Penn Badgley), mengintai di balik jendela. -Netflix-
Tiga musim menjadi pembunuh dalam serial Netflix, You, membuat Joe Goldberg muak. Maka, dalam You musim keempat, Penn Badgley menjelajahi jalan-jalan paling misterius di London. Menembus circle pertemanan paling elite, paling ningrat, sekaligus paling berantakan. Tapi kok kita merindukan Joe yang psikopat ya…
SATU dari sedikit serial yang berhasil bertahan lebih dari tiga season di Netflix, You, sudah masuk musim keempat. Masih terdiri dari 10 episode, musim ini dirilis dalam dua tahap. Bagian pertamanya sudah diluncurkan pada 9 Februari lalu. Lanjutannya menyusul 9 Maret mendatang.
Itu keputusan tepat. Sebab, ending bagian pertama sukses bikin penonton penasaran. Sekaligus kesal luar biasa.
Ada perubahan mendasar pada karakter Joe Goldberg (Penn Badgley), psikopat ganteng kesayangan kita semua. Pada musim pertama, kita melihat cowok itu sebagai pembunuh berdarah dingin. Ia tak ragu membantai siapa saja yang menghalanginya bersatu dengan gadis yang menjadi obsesinya. Dan ketika gadis itu mengetahui rahasianya, si gadis dibunuh juga. Beck yang malang...
Musim kedua, ia masih haus darah. Rela membunuh siapa saja yang berdiri di antara dia dan cewek yang ia sukai. Kali ini, Joe menaruh obsesi pada Love (Victoria Pedretti), seorang chef muda yang lincah dan jelita. Namun, ketika Love ternyata lebih sinting daripada dirinya, jiwa psikopat Joe perlahan terkikis. Digantikan oleh akal sehat dan hati nurani.
Season ketiga, ketimpangan makin menjadi-jadi. Terlebih ketika Joe berkali-kali harus membereskan hasil perbuatan Love. Yang makin mudah menghilangkan nyawa hanya karena karena PMS.
Joe masih punya obsesi terhadap perempuan lain, tentu saja. Seorang pustawan cantik bernama Marianne (Tati Gabrielle). Obsesi itu kembali membangkitkan darah psikopat Joe. Namun, kali ini Love berhasil membuatnya tak berkutik. Hingga Joe harus memalsukan kematiannya sendiri.
So, dengan identitas baru, Joe kabur ke Eropa. Berubah menjadi Jonathan Moore, seorang profesor literatur di kampus elite—dengan vibes mirip Oxford. Mengajar mahasiswa-mahasiswa cerdas yang menghabiskan waktu dengan membaca buku. Bagi Joe, ini surga banget. Di musim pertama, kita mengenalnya sebagai asisten manajer toko buku yang berliterasi tinggi.
Tentu, fans berpikir ia pergi ke sana untuk mengejar Marianne, bukan? Dan memindahkan seluruh kegilaannya di AS ke benua Eropa? Salah, Saudara-saudara! You musim keempat jauh dari itu…
Perspektif Korban
MEMULAI HIDUP BARU, Joe Goldberg menjadi profesor literatur di sebuah kampus elite di London. Ia meninggalkan identitas lamanya. -Netflix-
Duet showrunner Greg Berlanti dan Sera Gamble tidak sekadar memindahkan premis ke London. Pembunuhan demi pembunuhan masih mengikuti Joe ke mana pun ia pergi. Dan tetap ada adegan ia memutilasi mayat yang memualkan. Namun, kali ini, ia bukan pelakunya. Ia harus menemukan pembunuh yang sebenarnya. Sebelum si pembunuh menghabisinya pula.
Di satu sisi, cerita ini fresh dan memberi perspektif baru. Dari sudut pandang Joe—lewat narasinya yang mendominasi dialog—kita jadi tahu bagaimana kalau Joe ada di posisi korban. Ia yang dikuntit, diancam, bahkan difitnah sebagai pembunuh. Ia harus kucing-kucingan dengan psikopat baru, sambil berusaha melindungi orang yang ia cintai.
Ya, dalam circle elite yang ia masuki, Joe punya love interest baru. Kate Galvin (Charlotte Ritchie). Kurator seni yang juga pacar temannya sesama dosen. Si teman ini juga yang mengenalkan Joe dengan kelompok pertemanan paling berkuasa di London. Yang isinya keluarga bangsawan, seniman kontemporer, sosialita, jutawan, calon wali kota, influencer, dan sebagainya.
LANGSUNG menembus circle pertemanan kelas atas, Joe dekat dengan Kate Galvin (Charlotte Ritchie) dan Adam Pratt (Lucas Gage). Mereka diincar psikopat baru.-Netflix-
Sekali lagi, perubahan sudut pandang dari Joe si psikopat pemburu menjadi sosok yang diburu menjadikan musim ini terasa baru. Namun, nuansanya jadi seperti film-film whodunit yang sudah banyak sekali di pasaran. Formulanya generik. Apalagi, kita baru saja disuguhi Glass Onion: a Knives Out Mystery yang dibangun dengan sangat cerdas. You musim keempat jadi terasa ’’Duh, kok gini doang.’’
Dulu, kita jatuh cinta pada You karena kebaruannya. Psikopat ganteng, sangat smart, yang bersedia melakukan segalanya demi perempuan yang jadi obsesinya. Kepiawaian Joe mendesain skenario tak hanya memukau korban. Tapi juga kita. Ayo, ngaku. Siapa yang terpukau melihatnya mengenakan t-shirt hitam, jins gelap, dan topi, mengintai Beck?
Joe adalah cowok pertama yang membuat kita jatuh cinta pada psikopat. Banyak film yang membuat kita mendukung villain. Setiap heist movie membuat kita jatuh cinta pada perampok. Demikian pula Pirates of the Caribbean. Tapi You membawa kita ke level yang berbeda. Kita jatuh cinta pada pembunuh berdarah dingin. Dan secara sadar memberinya support tak terbatas saat ia membunuh dan menyingkirkan jasad korbannya.
Karena itu, ketika genre-nya jadi ala-ala whodunit, Joe jadi out of character. Apalagi, baik perubahan karakter hingga plot misterinya tidak dijahit dengan baik. Sehingga sulit bagi kita mempercayai alasan Joe pensiun jadi psikopat. Liburan, sih, masih mungkin. Seperti yang ia tegaskan pada episode pertama. Tapi berhenti sepenuhnya? Hm...
Mari berharap You season 4 bagian kedua mengembalikan sosok Joe yang kita cintai. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: