Gemuruh Longsor Natuna seperti Bunyi Pesawat, 15 Tewas dan 42 Hilang

Gemuruh Longsor Natuna seperti Bunyi Pesawat, 15 Tewas dan 42 Hilang

WARGA YANG TERLUKA mengungsi ke tempat penampungan sementara di Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.-DISKOMINFO NATUNA VIA AFP-

Indonesia berduka lagi. Kali ini longsor terjadi di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Senin siang, 6 Maret 2023. Tanah dari bukit runtuh mengubur permukiman di kecamatan Serasan dan Kecamatan Serasan Timur.

SEJAK Minggu, 5 Maret 2023, pukul 18.30, hujan membasahi seluruh Pulau Serasan. Termasuk tempat tinggal Nisa di Kampung Air Raya, Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan. Ibu dua anak itu pun menyapu halaman rumah pada Senin siang, 6 Maret 2023.

Permukiman rumah mereka berada di bawah bukit. Tak ada pertanda apa pun. Suami dan dua anak Nisa pun sedang bersantai di dalam rumah.

Tak berselang lama dia mendengar suara gemuruh. Seolah ada benda berukuran besar yang jatuh dari bukit. "Saat kejadian itu dengar suara gemuruh mirip bunyi pesawat," kata Nisa seperti dikutip dari laman BNPB.

Gemuruh itu disusul oleh orang-orang yang berlarian. Para tetangganya keluar rumah. Nisa pun berteriak memanggil suami dan anak-anak. 

"Lihat warga pada lari, saya juga ikut lari, Bang. Alhamdulillah saya, suami, dan anak-anak selamat semua," ujar Nisa. Namun, banyak tetangganya yang tak selamat. Seluruh bangunan rumah mereka tertimbun material longsoran.

Longsor itu terjadi pukul 11.05 siang. Yang paling parah terjadi di Desa Pangkalan. Longsor mengubur tiga kampung: Air Raya, Genting, dan Air Sekain. Juga kampung di Desa Jermalik.

Di saat yang sama, longsor juga menimpa warga Desa Air Nusa, Kecamatan Serasan Timur.  Setidaknya, tercatat total 15 orang meninggal hingga Selasa malam, 7 Maret 2023. 

Beberapa media mengabarkan longsor terjadi akibat runtuhnya tanah Gunung Jemenang. Padahal, lokasi gunung tertinggi di Natuna itu berada di Kecamatan Pulau Laut. Di seberang jauh Pulau Serasan.

Kini, kondisi dua kecamatan terdampak longsor besar itu porak poranda. Tampak rumah-rumah hanya menyisakan puing-puing bangunan. Tercatat 40 rumah rusak berat.

Akses jalan tertutup reruntuhan material longsor. Juga pohon-pohon yang tumbang. Akibatnya proses evakuasi Tim SAR menjadi sulit.

Hingga kini, 10 orang yang meninggal sudah diketahui identitasnya. Lima orang lainnya masih dalam proses identifikasi.

Dikutip Agence France-Presse (AFP), Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan 50 orang sempat dinyatakan hilang. Namun, delapan orang sudah ditemukan dalam keadaan hidup. 

Meski, empat orang dalam kondisi kritis dan sudah dilarikan ke rumah sakit. Sementara 42 lainnya masih dalam pencarian.

Fokus pencariannya di lokasi-lokasi tertentu. Khususnya di sepanjang jalan dekat bukit. Di titik itulah puluhan rumah dilaporkan tertimbun longsor. "Di sepanjang jalan ini ada sekitar 30 rumah yang tertimbun. Ini adalah titik fokus pencarian kami," katanya.

Bantuan dari BNPB telah dikirim. Tidak hanya berupa makanan, obat, dan tenda. Tetapi juga 15 unit genset. Sebab, aliran listrik di wilayah Serasan terputus. 

Sebanyak 1.216 warga yang selamat sudah diamankan di sejumlah posko pengungsian. Dengan rincian 219 jiwa di PLBN, 215 jiwa di Puskesmas, 500 jiwa di pelimpak dan masjid serta 282 jiwa di SMA 1 Serasan.

Kepala Pelaksana BPBD Natuna Raja Darmika mengatakan, komunikasi di lokasi masih terputus. Sinyal sulit. Evakuasi pun terhambat.

Belum lagi, gelombang tinggi menyebabkan bala bantuan kesulitan menuju lokasi. Perlu waktu 4-5 jam baik menggunakan helikopter atau kapal. "Gelombang laut saat ini setinggi dua sampai tiga meter," katanya dikutip laman BPBD Natuna.

Menurutnya, longsor diakibatkan cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Serasan. Intensitas hujan yang tinggi terus melanda wilayah Natuna beberapa hari belakangan. Bahkan longsor susulan juga masih terjadi.

Pemerintah Kabupaten Natuna menetapkan masa tanggap darurat bencana. Yakni selama tujuh hari mulai 7 Maret 2023 hingga 12 Maret 2023.

Enam hari lalu, Presiden Jokowi sudah memberikan peringatan. Frekuensi bencana akibat fenomena alam naik 81 persen. Dari 1.945 bencana pada 2010 menjadi 3.544 bencana pada 2022. Meliputi banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, gempa bumi, dan nonalam lainnya.

Oleh sebab itu, kata Jokowi, siaga dan waspada menjadi kunci. Baik tahap prabencana, tanggap darurat, maupun pascabencana. 

"Semuanya harus disiapkan, semuanya harus dikelola dengan baik,” ujarnya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana Tahun 2023, pada Kamis, 2 Maret 2023, di Jakarta International Expo, Kemayoran.

Tahap prabencana jauh lebih penting. Masyarakat harus diedukasi dan dilatih sebagai langkah-langkah antisipasi. Itu yang seharusnya menjadi prioritas.

WARGA YANG TERLUKA mengungsi ke tempat penampungan sementara di Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.-DISKOMINFO NATUNA VIA AFP-

Kini, nasi sudah jadi bubur di Natuna. Musim hujan diperkirakan masih panjang. Bahkan BMKG memprediksi musim kemarau paling cepat datang pada Juni nanti di sejumlah wilayah.

 


Wilayah lainnya lebih lambat lagi pada Agustus nanti. Artinya, tiga hingga lima bulan lagi masih dikepung musim hujan. Tinggal dilihat, apakah tahap prabencana benar digalakkan atau masih menunggu lebih banyak korban berjatuhan. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: