Pep Kecil Idola di Mana-Mana

Pep Kecil Idola di Mana-Mana

JOSKO Gvardiol tampil menawan dalam beberapa tahun terakhir. Tidak heran, penampilannya yang konsisten itu membuat sejumlah pemain Inggris jatuh hati. Tawaran gabung muncul dari mana-mana. Chelsea tahun lalu pernah sakit hati karena tawaran besarnya diaba--

Performa bertahan Gvardiol melawan City dalam pertandingan leg pertama babak 16 besar Liga Champions tiga minggu lalu menegaskan kepercayaan mereka pada kualitasnya. Fakta bahwa ia juga mencetak gol menggarisbawahi dimensi ekstra yang dapat ia berikan.

Kendala terbesar adalah penilaian manajemen Leipzig. Bayangkan, Leipzig mau menjualnya musim panas ini asalkan ada yang mau menyetorkan uang sekitar GBP 115 juta.

Begitu juga dengan Liverpool dan Chelsea. Sementara secara realistis ia sudah berada di luar jangkauan Newcastle United dan Tottenham.

Tiga tahun lalu ia adalah target No 1 Tottenham, tetapi perkembangannya membuat mereka dan pelamar serupa hanya bisa berharap.

”Ia telah matang melebihi usianya. Ia memahami permainan. Ia cepat di sekitar kakinya. Ia sangat kuat mempertahankan bola di kakinya,” kata salah seorang direktur perekrutan Liga Premier. 

 ”Secara teknis, ia bisa membangun kedua kakinya, tapi mungkin bola kaki kiri terbaik bermain sebagai bek tengah di Eropa. Ia sudah memiliki banyak pengalaman Eropa dan internasional untuk usianya. Ketika Anda membandingkannya dengan mengatakan Pau Torres di Villarreal yang memiliki profil serupa, ia lebih kuat, agresif, dan setara dalam permainan bertahan dan menyerang,” sebut pelatih Spurs Antonio Conte.

Bahkan, caranya menghadapi kekalahan saat melawan Argentina di Piala Dunia Qatar 2022 membuat banyak orang terkesan.

Gvardiol sempat mendapatkan kritikan pedas saat melawan Argentina. Ia ”di-PHP” Lionel Messi yang berusia 35 saat kapten Argentina itu menari melewatinya dalam perjalanan untuk memberikan umpan kepada pemain City Julian Alvarez untuk gol ketiga negaranya dalam kemenangan 3-0 atas Kroasia.

Tanpa ragu-ragu, Gvardiol hanya beralasan, ”Suatu hari saya akan dapat mengatakan bahwa saya bermain melawan pemain terhebat dalam sejarah. Kami akan mengalahkannya lain kali.” 

”Perbedaannya adalah beberapa pemain muda akan memiliki pengalaman itu dan kepercayaan diri mereka akan hilang. Ia tidak memiliki mentalitas itu. Gvardiol akan belajar dan belajar bagaimana mengatasi gerakan Messi itu. Ia akan berusaha menjadi lebih baik. Anda bisa bertaruh ia tidak akan membiarkan seorang striker melakukan itu lagi padanya. Satu-satunya bahaya adalah ia kadang-kadang bisa berpuas diri karena Bundesliga telah menjadi tempat yang begitu nyaman baginya,” ujar pelatih Marco Rose.

Ditanya bagaimana ia berkembang begitu cepat di Leipzig, Gvardiol, yang pernah mengidolakan Sergio Ramos dari PSG, menjawabnya dengan etika yang ditanamkan dalam dirinya sebagai anak laki-laki. 

”Saya akan mengatakan bahwa mereka tahu bagaimana bekerja dengan pemain muda. Itu, tentu saja, jika pemain mau bekerja. Ada juga pemain yang terkadang tidak siap. Saya mendedikasikan diri saya sepenuhnya untuk pekerjaan sejak saya tiba. Saya telah menyerap semuanya. Saya telah bekerja pada diri saya sendiri. Saya pikir masih ada ruang bagi saya untuk berkembang dan saya bisa menjadi lebih baik,” ungkapnya.

Dikenal sebagai ”Pep Kecil” karena kemiripan namanya dengan pelatih City, Gvardiol memulai sebagai gelandang dan mengikuti Liverpool saat masih kecil.

Ia biasa menonton pertandingan mereka dengan ayahnya, Tihomir, yang juga seorang pemain amatir yang baik.

”Saya tumbuh hanya dengan mereka. Ketika saya mengambil sepak bola lebih serius, saya mulai mengikuti Liga Inggris dan Liverpool,” ucapnya seperti dikutip 24 Sata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: