Perpaduan Budaya Indonesia-Jerman di Shadow of the Horse

Perpaduan Budaya Indonesia-Jerman di Shadow of the Horse

Para penari melompat bak jaran kepang yang sedang kegirangan-Paulus Sugito-

Dimar Dance Theatre bekerja sama dengan Wisma Jerman untuk kolaborasi kebudayaan Indonesia-Jerman. Mereka menampilkan Shadow of the Horse, Sabtu, 1 April 2023.

--

Empat lelaki memegang Jaran Kepang. Tanpa kaos, bermandikan cahaya kuning. Dua wanita dibelakang mereka terduduk ditemani lampu biru. Sesekali bunyi gamelan terdengar.

"Jaran... Kepang...", suara tembang seorang wanita terdengar. Empat lelaki dengan kuda pipihnya maju perlahan. Gamelan berdenting kembali, nyaring terdengar dan tak hilang. 

Jaran ditunggangi, para lelaki terlihat lincah menari. Berjingkrak-an kesana kemari, sesekali berputar. Gerakan lincahnya mirip jaran, ekspresinya agak sableng jika dilihat.

Tiga lelaki mengikat jaran nya di tiang bambu, mereka berlari ke alat musik. Menyisakan satu penari seorang diri dengan jaran dan pecutnya.

"Ha e Ha e Ho ha Ho ha", para pemuda saling bersahut dari belakang alat musik. Yang tersisa menari sendirian. Sesekali bergulingan, sesekali memutar mutar pecut.

Sang Jaran menjemput para wanita dan memboncengnya dibelakang Jaran. Tarian berganti. Dua wanita itu kini menari dengan lincah. Ditemani oleh iringin musik dari para lelaki. "Mama suka jaran... Mama goyang jaran... Mamamia...," teriaknya.

Ini sudah bukan jaran tapi cacing kepanasan. Mereka menggeliat kesana kemari seperti tak terkontrol. Sesekali pinggul digoyangkan keatas dan kebawah sesuai tempo musik. Rambut kepang mereka tak bisa diam, ikut bergoyang mengikuti gerakan.

Latar suasana berganti. Dari ceria menjadi tegang. "Jaran ucul... jaran e ucul... eman... eman...", teriak Ari Terry salah seorang penari Jaran.


Para penari Jaran dalam pertunjukan -Dok. Pribadi Candraditya-

Para lelaki kembali menari. Berputar, berguling lalu melompat hingga akhirnya jatuh dan tersungkur.

Ketika terbangun, dance show berganti menjadi drama teatrikal. Banyolan demi banyolan dilontarkan para pemain. Penonton diguyur oleh berbagai lelucon dipanggung. Tawa dan tepuk tangan begitu renyah didengar dari kursi penonton. Teatrikal ini berlangsung hingga show 1 berakhir.

Tarian itu berjudul Shadow of the Horse. Sebuah karya yang dilatar belakangi oleh kegelisahan Dian Bokir sang founder Dimar Dance Theatre. Gelisah akan lunturnya nilai-nilai tari tradisi oleh gempuran teknologi yang terus berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: