Tesla Bangun Pabrik Baterai di Shanghai
TESLA MODEL Y ketika dipamerkan pada Shanghai International Automobile Industry Exhibition di Shanghai, 19 April 2021.-HECTOR RETAMAL-AFP -
SHANGHAI, HARIAN DISWAY – Tesla terus melebarkan sayap di Tiongkok. Mereka akan membangun pabrik Megapack, baterai untuk kendaraan listrik perusahaan milik Elon Musk tersebut.
Pabrik itu akan memulai produksi dengan kapasitas 10 ribu unit Megapack per tahun. Menurut kantor berita Xinhua, Minggu, 9 April 2023, produksi itu diperkirakan akan start pada kuartal kedua 2024.
Megapacks adalah baterai untuk menyimpan energi dan menstabilkan pasokan jaringan listrik. Setiap unit mampu menyimpan daya lebih dari 3 megawatt-jam.
Pabrik tersebut akan menjadi pabrik kedua Tesla di Tiongkok. Sebelumnya mereka telah punya Shanghai Gigafactory, pabrik raksasa yang beroperasi 2019.
Lu Yu, seorang pejabat setempat, mengatakan bahwa pabrik baterai baru itu diperkirakan akan menciptakan "kluster industri" senilai lebih dari USD 14 miliar.
Pengumuman itu muncul setelah Elon Musk membeberkan rencana ambisius kepada investor untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan. Sebelumnya, Tesla sudah mencetak
serangkaian rekor pendapatan yang mengesankan. Sebab, mereka telah menambah pabrik dan meningkatkan produksi.
PABRIK RAKSASA TESLA di Shanghai ketika baru dibangun pada 2019. Kini, Tesla sedang mempersiapkan pabrik baterai.-Hector Retamal-AFP-
Perusahaan itu juga bertindak sebagai katalisator utama revolusi dalam transportasi. Mereka mendongkrak inovasi sektor otomotif dengan peralihan ke mesin berdaya listrik.
Tetapi, Musk tidak mencapainya dengan mudah. Tesla Model 3, yang paling murah, masih dibanderol USD 43 ribu di Amerika Serikat. Itu sekitar Rp 650 juta. Masih terlalu mahal bagi konsumen yang ingin mengganti kendaraan mereka sebelumnya. Sedangkan teknologi kemudi otomatis yang dicita-citakan Tesla di Amerika Serikat juga belum bisa terlaksana.
Selain itu, hubungan Musk dengan Tiongkok juga bisa terkendala aturan Washington. Pada November 2022, Presiden Joe Bidan mengatakan bahwa hubungan eksklusif antara perusahaan AS dengan negara-negara asing harus benar-benar dicermati. (Doan Widhiandono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: