Geliat Bangun Kota Reog: Program Sate Kopok Lahirkan UMKM (13)

Geliat Bangun Kota Reog: Program Sate Kopok Lahirkan UMKM (13)

Pelapasan balon di titik terakhir Pasar Ramadan Desa Ngloning oleh Bupati Sugiri Sancoko, Rabu, 6 April 2023.-Boy Slamet/Harian Disway-

Pasar Ramadan Ponorogo digelar 28 Maret 2023 hingga 16 April di 307 desa. Bupati Sugiri Sancoko harus mendatangi semua lokasi dalam waktu tiga pekan. Harus maraton ke belasan titik setiap hari. Semua demi pejuang UMKM.

Belasan mobil dinas berbaris rapi di samping Pendapa Agung Ponorogo, Rabu, 5 April 2023. Rutin begitu sejak awal Ramadan, seusai asar. Pick up double cabin milik Dinas Perhubungan (Dishub) bersiaga di depan. Mobil yang sama milik Satpol PP mengawal dari belakang.

Dari pusat kota, rombongan bupati mengarah ke selatan lalu ke barat. Dimulai di Desa Kwajon, Kecamatan Bungkal dan finish di Desa Ngloning, Kecamatan Slahung. Ada 11 desa yang dikunjungi dalam waktu tiga jam hingga ke perbatasan Pacitan. “Ora ono pegele Pak Bupati,” ujar driver Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkab Ponorogo yang mengantar tim penulis. 

Matanya begitu cekatan. Tangannya sangat mahir memegang setir Isuzu Panther yang identik sebagai mobil dinas itu. Iring-iringan melaju begitu cepat di jalanan Ponorogo yang lumayan lengang. Dari kejauhan terlihat Gunung Panggringan. Titik pertama berada tak jauh dari perbukitan nan hijau tersebut.

Begitu turun, rombongan bupati disambut penampilan gajah-gajahan di Desa Kwajon. Salah satu seni pertunjukan rakyat Ponorogo selain reog itu masih lestari. Suara kompang, jidor, dan gamelan klasik membuat bupati sedikit berjoget.

Ia berjalan perlahan menuju pusat Pasar Ramadan Kwajon. Anak-anak TK ikut berbaris, membuntuti gajah-gajahan dari kertas yang dicat hitam. Seorang gadis kecil dirias bak putri raja naik ke punggung gajah itu. 

Anak-anak melenggak-lenggok sesuai irama musik. Istri bupati, Susilowati, yang gemas dengan mereka pun, ikutan menari. 


Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan sang istri Susilowati menyapa anak-anak TK di Pasar Ramadan Desa Kwajon, Kecamatan Bungkal. -Boy Slamet/Harian Disway-

Sugiri memeluk beberapa warga yang ia kenal. Ia ngobrol sejenak, namun ibu-ibu yang ada di lapak sudah meneriaki namanya. “Pak Giri, Pak Giri, ayo Pak, ditumbas jajane, mumpung jik anget (dibeli jajanannya, mumpung masih hangat, Red),” pinta mereka sambil melambaikan tangan.

Kang Giri bergegas menuju arah teriakan itu. Ia memborong aneka kue basah dan sayur mayur hasil kebun warga. Ada rempeyek, gorengan, nastar, terong, sawi, durian, dan berbagai jajanan pasar. Setelah diborong, beberapa makanan dibagikan ke warga setempat. Sebagian lagi dibawa pulang untuk menu berbuka puasa dan sahur penghuni pendapa.

“Laris enggak? Sing dodol ayu-ayu koyo ngene, mosok gak onok sing tuku (yang jualan cantik-cantik begini, masak tidak ada yang beli,Red),” ucap ayah tiga anak itu membuat ibu-ibu PKK salah tingkah.

Setelah 10 menit bercengkerama, Sugiri langsung pamit untuk melanjutkan perjalanan ke desa-desa selanjutnya. Di setiap tempat, Sugiri berpesan ke pelaku UMKM agar tidak menutup Pasar Ramadan sampai waktu yang ditentukan. Ia tak mau pedagang hanya buka saat dikunjungi bupati. Sebab, kegiatan tersebut bakal dijadwalkan di agenda tahunan Pemkab Ponorogo. Kepala desa dan camat diminta ikut mendampingi. 

Pasar Ramadan tak hanya menyajikan hidangan berbuka puasa. Beberapa produk kerajinan tangan, pernak-pernik reog, hingga Batik Ponorogo juga ditemui hampir di setiap titik. 

Sumber: