Geliat Bangun Kota Reog: Kisah Langka dari Mendiang Kemin (25)

Geliat Bangun Kota Reog: Kisah Langka dari Mendiang Kemin (25)

Keluarga mendiang Kemin, mantan Ketua RT 3_ RW 1 Dukuh Gunungan, Desa Ringinputih, Kecamatan Sampung mendapatkan santunan kematian Rp 115 juta. Uang itu diberikan secara simbolis oleh Bupati Ponorogo Sugi-Prokopim Ponorogo-

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Cetak 1.841 Penghafal Alquran (22)

Kang Giri juga membawa serta Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Ponorogo Wawan Burhanuddin ke rumah duka. BPJS memberikan uang Rp 115.333.312 kepada ahli waris. Diserahkan secara simbolis kepada istri korban oleh Kang Giri langsung. 

”Hal terkecil ini kami pikirkan, tetapi dampaknya sangat luar biasa bagi ahli waris,” jelas Kang Giri sehari setelah kunjungan itu. Ia menilai, masih banyak keluarga yang belum ter-cover BPJS Ketenagakerjaan di Ponorogo.

Di daerah industri atau kota besar, premi tersebut wajib dibayarkan perusahaan. Masalahnya, Ponorogo adalah kota pertanian. Mayoritas warganya bekerja di ladang, bukan pabrik atau perkantoran. Karena itu, perlu upaya ekstra untuk membumikan pentingnya BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. 

Di hari yang sama, sepekan kemudian, Rabu, 12 April 2023, Sugiri juga mendengar kabar duka dari Kelurahan Ronowijayan. Pagi itu, di bulan Ramadan, langit masih sangat gelap. 

Sugiri mendatangi rumah duka dan bertemu ahli waris Sukatno, jelang waktu sahur. Sehari-hari Sukatno bertugas sebagai modin di kelurahan setempat. 

Kali ini Sugiri tak hanya mengajak Wawan dari BPJS Ketenagakerjaan Ponorogo. Ia mengajak pula Koordinator Asistensi Reog Ponorogo untuk UNESCO Prof Hamy Wahjunianto. Usai kunjungan, mantan rekan Sugiri di DPRD Jatim itu mengirimkan tulisan pendek yang kami masukkan sebagai bagian dari series Geliat Bangun Kota Reog:


Prof Hamy Wahjunianto turut hadir di pemberian santunan kematian untuk keluarga Sukatno, 12 April 2023. Ia berdiri di belajang ahli waris, Kang Giri dan Kepala BPJS Ketenagakerjaan Ponorogo Wawan Burhanuddin. -Prokopim Ponorogo-

Nyemanak Dumulur

Saat sujud menghamba kepada Yang Maha Kuasa jelang tengah malam ke-21 Ramadan, tiba-tiba HP saya berdering. Usai mengucapkan salam setelah tahiyat akhir, saya telepon balik Mas Ivan, ajudan bupati Ponorogo yang missed call tadi. ”Pak, diaturi (diminta) Bapak (Sugiri Sancoko) untuk merapat ke Pringgitan (sebutan untuk kediaman bupati Ponorogo) pukul 24.30 karena rencananya, pukul 01.00, Bapak akan berangkat sahur dari warung ke warung,” tutur pria berdarah Bugis itu.

Tepat pukul setengah satu dini hari, saya tiba di Dalem Pringgitan Ponorogo. Saat memasuki ruang tamu, sudah ada Mas Ivan yang terlihat sedang asyik ngobrol dengan seorang pria dan dua orang perempuan. Sayup-sayup terdengar Mas Ivan berbincang asyik dengan bahasa Bugis.

Ternyata tamu pria tersebut Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kabupaten Ponorogo, Mas Wawan yang didampingi dua stafnya. Kedua perempuan tersebut tampak mengantuk berat. Sepertinya mereka tak biasa ngopi di dalam keheningan tengah malam. Untung saja, tak lama kemudian Kang Bupati Sugiri Sancoko keluar dari kamar kerjanya, lalu bergegas berangkat ke lokasi sahur on the road. 

Sesampai di Warung Pecel Iwak Kali Bumi Asri, pria energik itu, seperti biasa, menyapa dan menyalami satu per satu warga. Kira-kira jumlah mereka 50 orang. Tampaknya mereka sudah menunggu Kang Bupati.

Luar biasanya separuh dari yang hadir dalam acara sahur itu adalah anak-anak milenial yang tergabung dalam PKK Akademia, program pembekalan kemampuan digital untuk anak-anak milenial guna memublikasikan keunggulan-keunggulan desanya melalui platform digital.

Acara sahur dini hari itu dibuka dengan pemberian santunan untuk keluarga almarhum Sukatno, salah seorang modin Kelurahan Ronowijayan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: