Upaya Alit Indonesia Melestarikan Tradisi Menulis Lontar untuk Anak: Digiatkan dengan Lomba Antar-kecamatan (1)

Upaya Alit Indonesia Melestarikan Tradisi Menulis Lontar untuk Anak: Digiatkan dengan Lomba Antar-kecamatan (1)

I Wayan Eka Fadlan Mahadika membawa lontarnya bertuliskan: Janardhana Dipa Gantari. -Julian Romadhon-

HARIAN DISWAY- Di Bali, budaya menulis di atas daun lontar kian ditinggalkan. Apalagi di kalangan anak-anak. Lembaga Alit Indonesia menggagas pengajaran menulis di atas lontar untuk anak di beberapa paseraman Tampaksiring. Salah satunya di Jabe Pura Dalem Agung.
 
Tradisi menulis di atas lontar, diyakini telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-15 Masehi. Leluhur Jawa dan Bali banyak mendokumentasikan peristiwa masa silam, atau menulis karya sastra menggunakan media tersebut. Di Jawa, budaya itu telah redup. Tapi di Bali, masih eksis, meski jumlahnya telah sangat berkurang.
 
Dulu materi menulis di atas daun lontar masuk dalam muatan lokal. Diajarkan di sekolah-sekolah, utamanya tingkat SMU. Kini, sudah jarang ditemukan. Apalagi untuk anak-anak. Berkaca dari itu, Alit Indonesia, lembaga yang bergerak di bidang anak, pemberdayaan masyarakat, sosial-budaya dan pelestarian tradisi, menggalakkan kembali aktivitas tersebut.
 
Alit Indonesia cabang Bali mengumpulkan anak-anak dan belajar di pasraman, atau balai yang terdapat di tiap desa. Mereka memulainya di kawasan Tampaksiring sejak 2020. "Perlahan tapi pasti, banyak yang berminat. Sekarang sudah 13 banjar (dusun) yang mengirim anak-anak untuk belajar menulis di atas lontar," ujar Dewa Ayu Diah Laksmi, staf Alit Indonesia cabang Bali.
Kegiatan menulis lontar yang dilakukan anak-anak Tampaksiring di Jabe Pura Dalem Agung Tampaksiring. -Julian Romadhon-

 
Laksmi didampingi oleh Putu Marsellia Putri. Keduanya menuturkan bahwa dulu, di setiap pasraman terdapat pengajaran menulis di atas lontar. Tapi kini, tiap pasraman lebih banyak mengajarkan Dharma Wacana, atau penguatan spiritualitas untuk warga. "Di Alit, kami mengajarkan itu untuk anak-anak," ungkapnya.
 
Bagi mereka, tradisi warisan leluhur wajib dilestarikan dan ditanamkan pada anak. Sebab, jika kecintaan terhadap tradisi telah tumbuh sejak dini, maka warisan leluhur tak akan punah, meski diterjang derasnya budaya asing. 
 
Itu yang kini hidup kembali di kawasan Tampaksiring. Kerja keras Alit Indonesia cabang Bali bahkan diapresiasi oleh pemerintah setempat. Hingga pada awal 2023, digelar lomba menulis di atas lontar se-Kecamatan Tampaksiring.
 
Salah satu anak dampingan Alit yang menjadi juara 1 adalah I Wayan Eka Fadlan Mahadika. Saat ditemui Harian disway pada 29 Mei 2023, Fadlan bersama 14 anak lain berkumpul di Balai Jabe Pura Dalem Agung, atau balai depan Pura Dalem Agung, Tampaksiring.
 
Bersama Laksmi dan Putu, mereka belajar menekuni seni menulis aksara Bali di atas daun lontar. "Kemarin waktu lomba, saya disuruh menulis cerita tentang dongeng Si Kaya dan Si Miskin. Kemudian tahap selanjutnya, saya menulis cerita satwa atau fabel. Saya menang, juara 1," ungkap Fadlan. (Heti Palestina Y-Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: