Natural atau Teknik Filter: Membincang Kepedean Gus Imin dalam Bursa Pilpres 2024

Natural atau Teknik Filter: Membincang Kepedean Gus Imin dalam Bursa Pilpres 2024

Ketua Umum PKB, Abdul Muhaimin Iskandar-Intan Afrida Rafni-

Ada pula yang membangun image seolah-olah peduli dengan olahraga. Maka, kamera dan konsep-konsep shooting, editing, dan publishing disusun sedemikian rupa agar seseorang tersebut kelihatan seolah-olah peduli olahraga. 

Lari, misalnya. Eh, tahunya belakangan yang bersangkutan malah tersandung sentimen negatif penggemar sepak bola di Indonesia akibat penolakannya terhadap timnas negara tertentu, yang berujung Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia.

Berlawanan dengan gaya bersolek aktor-aktor lainnya yang penuh dengan filter, Gus Imin dapat dikata berani menyuguhkan hal yang sama sekali berbeda. Ketika yang lainnya memoles agar tidak kelihatan ambisius, Gus Imin justru dengan riang gembira menjadikan politik sebagai sesuatu yang harus dinikmati dengan santai. 

Tidak perlu tegang. Kalau iya, ya iya. Enggak, ya bilang enggak. Baginya, konfidensi sangat berbeda dengan ambisius. Konfiden adalah peneguhan sikap kesiapsediaan apabila negara memanggil. 

Dalam konteks panggilan tersebut, demokrasi menjadi konsensus bersama untuk menentukan siapa yang sebenarnya dikehendaki rakyat. Dan, di dalam proses demokrasi itulah, Gus Imin hadir sebagai salah satu pilihan. Klir. Tidak ada yang salah dari sikap-sikap Gus Imin yang kerap kali mendapat serangan: ambisius. 

Justru, gaya ceplas-ceplos ala Gus Imin itu akan mengingatkan kita semua pada sosok Gus Dur. Ingatan publik tentu masih segar bagaimana gaya politik Gus Dur saat itu. Jenaka, natural, blak-blakan, dan tidak jarang juga menabrak pakem. Itulah Gus Imin saat ini. 

Ada nilai-nilai yang saya kira telah temurun dari Gus Dur kepada Gus Imin. Tidak berlebihan sepertinya menghadirkan ungkapan itu. Maklum, Gus Imin memang dikader langsung oleh Gus Dur sekian lama, terlepas dari kontroversi yang disalahpahami sebagian kecil nahdliyin saat itu.

Naturalitas ala Gus Imin seperti yang hiruk saat ini, menurut saya, justru harus disemai lebih banyak lagi, dipupuk lebih rajin lagi, agar tumbuh orisinalitas calon-calon pemimpin kita makin sejati. 

Tanpa keterusterangan seperti gaya Gus Imin, panggung politik kita benar-benar akan penuh kepalsuan dalam balutan drama. Rakyat hanya akan disuguhi akting, bukan action yang konkret. 

Lihat saja betapa konkretnya Gus Imin. Sebab, tanpa basa-basi, ia menyatakan siap menjadi presiden atau wakil presiden. Karena itu, jauh hari buku Visioning Indonesia: Arah Kebijakan dan Peta Jalan Kesejahteraan telah ia tulis. 

Sejujurnya, kita semua mesti objektif terhadap seberapa jauh langkah-langkah Gus Imin. Bagaimana sekelas Najwa Shihab dan Rocky Gerung, yang selama ini terkenal kritis dan satire, begitu respeknya dengan buku Gus Imin tersebut. 

”Jarang ada politikus yang menerbitkan buku menjelang tahun-tahun politik tentang ide dan gagasan. Biasanya itu buku biografi, menceritakan masa kecil yang penuh penderitaan sehingga bisa merasakan kepekaan. Biasanya buku biografinya menceritakan sepak terjang perjuangan yang akan menjadi satrio piningit,” ujar Najwa Shihab, 7 September 2022.

Tak beda jauh dengan Najwa Shihab, Rocky Gerung malah serius ingin menjadi juru bicara intelektual Gus Imin. 

”Dia (Gus Imin, Red) nekat ngundang saya di sini. Padahal, saya pengkritik kekuasaan, kan gila dia. Tapi, justru itu yang ingin kita ucapkan di dalam pesta demokrasi. Datanglah calon presiden ke sini, bilang saya ingin jadi presiden, dan saya akan tanya, apa visi kamu?” tegas Rocky.  

”Kerinduan kita pada argumentasi berhenti hari ini. Kita gak liat, ada seorang yang mau jadi presiden dan nulis buku. Nulis buku artinya minta diuji, bukan minta dipromosikan. Jadi, dari awal kita ingin ada pertengkaran intelektual dalam politik Indonesia,” lanjut Rocky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: