Mengenang Tragedi Korsel-Korut di Pengujung Juni 1950
Gadis Korea Selatan menggendong adiknya di hadapan M-26 Tank pada 1951. -Library of Congress-
Peristiwa bersejarah mengguncang Korea pada 25 Juni 1950-27 Juli 1953. Pertarungan ideologi komunis dan demokrasi telah membelah wilayah itu selama lebih dari 70 tahun. Korea Selatan dan Korea Utara bagaikan dua kutub magnet yang sulit bersatu.
Matahari terbit di ufuk timur, menerangi tanah dipenuhi dengan debu, asap, dan deru senjata. Suara meriam bergemuruh, menghancurkan keheningan pagi yang biasanya dipenuhi dengan nyanyian burung dan keramaian pasar.
Seperti halilintar yang tak terduga, pasukan Korea Utara yang didukung oleh Uni Soviet melintasi perbatasan dan menyerbu wilayah Korea Selatan yang damai pada 25 Juni 1950. Sebuah serangan mendadak yang memicu api perseteruan, mengubah lanskap yang tenang menjadi medan pertempuran yang mematikan. Tarian peluru dan bom meletus di langit, menyiram bumi dengan darah dan air mata.
Warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak menjadi korbannya. Perang itubukan sekadar bentrokan biasa, melainkan sebuah tragedi epik yang memperlihatkan kebrutalan manusia. Dalam beberapa hari, konflik menjalar dengan cepat, menelan ribuan nyawa tak bersalah dan merobek keluarga yang damai. Suara tangisan dan jeritan kesakitan mencuat di antara bangunan yang hancur, menghantui jiwa-jiwa yang masih bertahan.
Tidak lama setelah perang meletus, dunia berubah menjadi pentas drama politik yang memanas. Negara-negara besar dengan kepentingan politik dan ekonomi mulai memasuki panggung, membentuk aliansi dan mengirim pasukan untuk mendukung salah satu belah pihak. Amerika Serikat bersama sekutu-sekutunya turun tangan untuk membantu Korea Selatan, sementara Uni Soviet memberikan dukungan kepada Korea Utara.
BACA JUGA:Hikmah Konflik Korsel-Korut: Perbatasan DMZ Jadi
BACA JUGA:Peringati Kematian Kim Jong II, Warga Korut Dilarang Tertawa Selama 11 Hari
Perang Korea tidak hanya menciptakan medan pertempuran fisik, tetapi juga memainkan permainan diplomasi yang rumit di tingkat internasional. Makanya, perang itu membawa dampak luas bagi politik global, mempengaruhi hubungan antara negara-negara besar. Yang kemudian menjadi salah satu titik pemicu perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.
Perang Korea yang meletus pada tanggal 25 Juni 1950 memiliki latar belakang yang kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu penyebab utama perang ini adalah ketegangan yang telah lama terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Pada tahun 1945, Jepang menyerah dalam Perang Dunia II dan mundur dari Korea yang saat itu merupakan jajahan mereka. Dalam kesepakatan yang ditandatangani, Korea dibagi menjadi dua zona pendudukan, yaitu zona utara yang dikuasai oleh Uni Soviet dan zona selatan yang dikuasai oleh Amerika Serikat.
Kondisi kota Seoul akibat serangan mendadak Korea Utara pada 1950-1953.-United Nations Command-
Korea Utara, yang dipimpin oleh Kim Il-sung, menginginkan reunifikasi Korea di bawah rezim komunis, sementara Korea Selatan, yang dipimpin oleh Syngman Rhee, mendukung sistem demokrasi. Perselisihan ideologi dan ambisi politik antara kedua pihak memicu ketegangan yang meningkat seiring berjalannya waktu.
Pada tahun 1948, Korea Utara dan Korea Selatan menyatakan diri mereka sebagai negara yang berdaulat dan independen. Namun, ketegangan antara kedua negara terus meningkat, dengan serangkaian insiden perbatasan dan serangan militer kecil yang saling dilancarkan.
Pada 25 Juni 1950, pasukan Korea Utara meluncurkan serangan mendadak ke Korea Selatan dengan tujuan untuk merebut ibu kota Seoul dan menyatukan Korea di bawah pemerintahan komunis. Serangan ini menjadi pemicu langsung pecahnya Perang Korea.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: psb.org