Pemerkosa Anak Mati di Tahanan Depok
Ilustrasi. Beredar video viral seorang prajurit TNI AL disebut jadi korban pengeroyokan oleh anggota Brimob di Maluku--
Sejak itu Silverstein tidak pernah menangis. Menghadapi apa pun. Sejak itu pula ia suka bertindak brutal. Di usia 16 tahun ia sudah merampok bersenjata tajam. Ditangkap polisi, dihukum di penampungan anak nakal.
Keluar dari sana, ia merampok lagi. Kali ini bersenjata api. Korban dibunuh karena melawan.
Pada 1971, saat berusia 19 tahun, ia dikirim ke Penjara San Quentin di California karena perampokan bersenjata. Dihukum empat tahun. Setelah bebas, ia merampok lagi, bahkan membunuh korban.
Virginia Conway tidak menduga, perlawanan batu dulu membuat Silverstein jadi begitu. Setelah begitu, Conway kewalahan mendidik Silverstein. Lepas kendali.
Fokusnya, Silverstein sangat terkenal di kalangan penjahat AS tahun 1970 sampai ia meninggal. Sebab, ia penjahat paling kejam. Membunuh narapidana lain, bahkan pernah membunuh sipir.
Sipir di sana cenderung membiarkan kebrutalan di antara para penjahat. Bahkan, sipir juga menyiksa napi. Slogan sipir di sana: ”Narapidana tidak punya HAM karena mereka masuk situ akibat mengabaikan HAM orang lain.”
Media massa di sana menyebutkan, Silverstein adalah penjahat AS yang paling lama menghuni sel isolasi. Yakni, sel yang tanpa lubang udara ke luar ruangan. Ada lubang kecil mengarah ke dalam gedung. Jadi, sangat pengap.
Penghuni sel isolasi di sana juga tidak pernah boleh keluar sel, seperti napi lain yang bisa berolahraga di lapangan penjara, juga dipekerjakan pertukangan di bengkel penjara. Silverstein cuma ngendon di dalam sel sampai lumpuh menjelang mati.
Silverstein tidak hanya menghajar napi pemerkosa, tapi siapa saja. Ia gila duel. BBC News menyebutkan: ”Siapa pun yang tidak mau bertarung dengannya pasti dilecehkan.”
Dari gambaran itu, penjahat tidak cuma dibatasi kebebasan hidupnya di dalam sel, tapi juga disiksa penjahat lain. Tidak ada HAM untuk pelanggar HAM. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: