Laris Manis Sinetron Indonesia dengan Cerita "Datangnya Sosok Penyelamat"

Laris Manis Sinetron Indonesia dengan Cerita

Dalam sinetron Indonesia, betapa perempuan seolah-olah ditonjolkan sebagai pemeran utama. Kehadirannya sebenarnya untuk melegitimasi superioritas tokoh pria yang “datang menyelamatkannya”. --

HARIAN DISWAY - Kisah cinta yang menggambarkan datangnya sosok pria penyelamat tokoh perempuan yang tidak berdaya selalu laris manis. Bahkan menjadi tema yang menarik perhatian penonton dalam industri hiburan seperti sinetron. 
 
Pemirsa televisi pasti ingat sinetron Tersanjung (1998), Intan (2006), Cinta Fitri (2007), Orang Ketiga(2018), Samudra Cinta (2019), Ikatan Cinta (2020), Cinta Setelah Cinta (2022) dan Tajwid Cinta(2023). Semua sinetron tersebut memiliki rating tinggi dan durasi episode yang panjang.
 
Tersanjung bercerita tentang Indah (Lulu Tobing) yang dikecewakan kekasihnya Bobby (Reynold Surbakti) selanjutnya dijumpakan dengan dr Rama (Ari Wibowo). Dokter dengan karier cemerlang yang mencintai Indah setulus hati, membelanya dari segala kesakitan, dan tentu saja membahagiakannya.
 
Intan menceritakan Intan (Naysilla Mirdad) yang lugu. Dia hamil di luar nikah dengan kekasihnya yang masih anak mama bernama Ello (Glen Alienski). Setelah Intan ditinggal mati lalu dia dijumpakan dengan dokter bernama dr Rado (Dude Harlino) yang begitu mencintainya. 
 
Begitu pula Cinta Fitri. Fitri (Shireen Sungkar) yang ditinggal mati calon suaminya jelang pernikahan. Selanjutnya ia dipertemukan dengan Farrel (Teuku Wisnu), pengusaha muda sukses.
 
Orang Ketiga bercerita tentang Afifah (Naysilla Mirdad) diselingkuhi suaminya, Aris (Rionaldo Stokhorst). Akhirnya dia mendapatkan sosok pengganti yang rela berjuang untuknya. Ia bernama Rangga (Samuel Zylgwyn), pengusaha jasa event organizer sukses.
Adegan Ikatan Cinta yang dibintangi Amanda Manopo dan Arya Saloka. Sinetron produksi MNC Pictures ditayangkan perdana 19 Oktober 2020 di RCTI. --

 
Samudra Cinta bercerita tentang Cinta (Haico Van der Veken) yang diputus oleh Ariel (Mischa Chandrawinata) secara sepihak. Dia beruntung dicintai pria yang lebih baik yang ternyata pewaris tunggal, pengusaha bernama Samudra (Rangga Azof). 
 
Ikatan Cinta mengambil cerita yang secara umum serupa. Andin (Amanda Manopo) diceraikan El Nino (Evan Sanders) karena kesalahpahaman. Dia berjumpa dengan Aldebaran Al Fahri pengusaha sukses yang superior yang mencintai dan rela membelanya mati-matian.
 
Cinta Setelah Cinta berkisah tentang Starla (Ririn Dwi Ariyani) dikhianati suaminya Nico (Eza Gionino). Dia diam-diam dicintai oleh Arya (Bryan Mckenzie) yang selalu ada untuknya.
 
Jika diamati, sinetron-sinetron berating tinggi tersebut bertema datangnya pria superior yang menyelamatkan tokoh perempuan yang menderita tak berdaya. Premis cerita itu menjadi daya pikat penonton.
 
Jika dirunut babakan ceritanya tidak jauh dari kisah Cinderella (Cinderella story). Pertama, perempuan menuju penderitaan. Konflik dan tokoh pendukung hadir untuk membawa pemeran utama -terutama pemeran utama perempuan- menuju konflik penderitaan. 
 
Kedua, datangnya penyelamat, yaitu sosok pria yang superior dan penuh kuasa yang menyelamatkan tokoh perempuan yang tidak berdaya. Ketiga, perjuangan perempuan dengan feminitasnya bukan prestasinya. Keempat, kehidupan akhir yang bahagia (happily ever after). 
 
Sinetron dengan jenis konflik cerita semacam itu mendapat rating tinggi dan tayang di jam-jam prime time. Tingginya rating sinetron dengan cerita berbasis Cinderella story tersebut mengasumsikan bahwa penonton menikmati cerita yang disuguhkan. Adegan-adegannya membangun imajinasi penonton.

BACA JUGA:Nggak Masuk Akal, Sebelas Parodi Jasa Pedagang Keliling Nyeleneh ala Sinetron Indonesia
 
Secara tidak sadar penonton memiliki hasrat sebagaimana yang direpresentasikan sinetron, yaitu diayomi, dilindungi, dicintai dan diselamatkan oleh seseorang atau sesuatu yang lebih kuat darinya (superior). Sinetron telah membangun imajinasi-imajinasi tersebut melalui adegan, alur, dan ceritanya.
 
Hal ini menyiratkan bahwa sinetron dengan jenis konflik cerita semacam itu mendapat rating tinggi karena mampu memberikan ruang pelarian dari realita. Dalam situasi yang semakin penuh tekanan dengan luberan informasi yang tidak membuat pikiran jernih, yang justru membuat kita menjadi manusia-manusia lelah. Sehingga butuh penghiburan dan ruang pelarian dari realita. 
 
Barangkali itu pula yang menjawab mengapa industri hiburan sosial media hari-hari ini begitu digemari. Karena informasi yang bagai banjir bah ini membuat kita menjadi manusia-manusia lelah yang butuh penghiburan. Kita butuh sosok yang bisa memberikan rasa aman, nyaman, dan perlindungan, yang dipenuhi oleh sinetron.
 
Tentang ketergantungan -khususnya perempuan- kepada sosok yang lebih kuat (superior) darinya, menurut peneliti Collete Dowling, itu disebut sebagai Cinderella complex. Yaitu gangguan kepribadian seorang perempuan yang tidak memiliki keberanian untuk mandiri. Sehingga dia membutuhkan sosok yang mampu memberinya perlindungan, kehangatan, dan rasa nyaman.
 
Sebagaimana yang disajikan dalam sinetron-sinetron tersebut. Betapa perempuan seolah-olah ditonjolkan sebagai pemeran utama. Akan tetapi kehadirannya sebenarnya untuk melegitimasi superioritas tokoh pria yang “datang menyelamatkannya”.
 
Sosok pemeran pria superior semacam itu dalam sinetron tentu membutuhkan karaktek penegas superioritasannya. Nah, posisi itu diisi perempuan. 
 
Itulah mengapa Novarisa (2019) menyebut meski perempuan dalam sinetron menjadi pemeran utama tetapi hadirnya hanya sebagai pelengkap cerita. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa perempuan dalam sinetron dijadikan objek (diobjekkan). 
Cuplikan sinetron Tersanjung season satu saat dr Rama (Ari Wibowo) pertama kali bertemu dengan Indah (Lulu Tobing) di kantor. Sinetron ini sukses menarik minta penonton hingga ribuan episode. --

 
Nyatanya tema-tema semacam itu menjadi laris ditonton. Sebut sinetron lain seperti Intan, Anak Jalanan, dan Cinta Fitri yang meraih rating tinggi dengan tema tidak jauh dari Cinderella complex. 
 
Sinetron memang memancarkan imaji-imaji di benak penonton. Yang tidak hanya menjadi hiburan. Tapi sekaligus memenuhi harapan (hasrat) yang tidak didapatkan di dunia nyata. Sinetron memiliki daya persuasif yang membuat penonton untuk terus menontonnya.
 
Karena itu sinetron sampai saat ini masih menjadi tontonan di jam-jam tayang utama (prime time). Semoga sinetron Indonesia semakin berkualitas ke depan. Sebagai hiburan tontonan yang sampai sekarang jadi tontonan jutaan warga Indonesia yang setia menontonnya. (Oleh Robi’ah Machtumah Malayati: Pengajar di Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) Tebuireng)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: