Peringatan Kemerdekaan dan Semangat Gotong-Royong
--
Oleh: Samidi M. Baskoro*
Peringatan kemerdekaan Indonesia, artinya mengingat kembali, merenungkan, dan merefleksikan perjuangan panjang bangsa memproklamasikan kemerdekaan. Para pejuang dan pendiri bangsa yang berupaya membebaskan diri dari penguasaan bangsa lain telah mewariskan nilai-nilai persatuan dan kerjasama. Warisan nilai-nilai ini masih relevan hingga kini. Apapun hiruk-pikuk yang terjadi di negeri ini setelah proklamasi, selama berpegang prinsip persatuan terbukti kemerdekaan Indonesia tetap memiliki makna.
--
Pengalaman kolektif hidup di era kolonial Belanda dan pendudukan Jepang hanya dirasakan pelaku-pelaku sejarah. Namun, generasi yang jauh dari masa itu tetap merasakan hikmah atas kebebasan dan kesetaraan yang telah diraih. Membangun bangsa untuk kemajuan bersama merupakan keniscayaan yang diemban generasi penerus. Dalam konteks peringatan kemerdekaan, tradisi yang berkesinambungan setiap tahun adalah upacara HUT Kemerdekaan RI yang diinstruksikan terstruktur hingga tingkat bawah.
Upacara bukan satu-satunya cara memperingati kemerdekaan. Komunitas dan kelompok masyarakat yang bukan unsur pemerintahan memiliki berbagai cara dan bentuk masing-masing memperingati kemerdekaan. Seperti tirakatan, renungan, refleksi, dan perayaan. Berbagai jenis kegiatan ini diselenggarakan di lingkungan pedesaan dan perkampungan/permukiman perkotaan. Ini menunjukkan praktik-praktik kebersamaan masyarakat yang mencerminkan semangat gotong-royong.
Gotong royong merupakan kesatuan kata. Maknanya akan berubah jika kedua kata dipisahkan. Istilah gotong atau nggotong (verbal) artinya mengangkat atau membawa sesuatu, sedangkan royong tidak bermakna jika berdiri sendiri, hanya merujuk pada rima kata sebelumnya.
Konsep gotong-royong menunjukkan hubungan sosial kolektif terkait penyelesaian pekerjaan dan permasalahan publik secara bersama-sama dengan suasana yang menyenangkan. Motivasi gotong royong adalah kepedulian untuk tujuan kebaikan bersama. Pertanyaan selanjutnya, apa hubungan peringatan kemerdekaan dan semangat gotong royong?
Sebelum menjelaskan relasi itu, perlu disampaikan dan disepakati bahwa gotong royong sesungguhnya sudah lama dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat di banyak etnik di nusantara. Jenis pekerjaan kolektif yang semula dapat diselesaikan secara gotong-royong mungkin saja telah diambilalih melalui mekanisme lain yang dinamis. Meskipun demikian, sebagian pernak-pernik permasalahan masyarakat masih mengandalkan solusi semangat gotong-royong. Keamanan dan ketertiban lingkungan permukiman, misalnya, adalah tanggungjawab bersama.
Keamanan kampung di kota Surabaya dahulu mengandalkan kegotongroyongan menjaga lingkungan permukiman supaya tidak mengalami gangguan orang (pencurian dan keonaran) dan bahaya alamiah (banjir dan kebakaran). Gotong royong seperti ini dilembagakan dalam hubungan berkelanjutan dan skala lebih luas yang disebut sinoman.
Arti sinoman semula adalah perkumpulan beranggotakan kelompok umur sebaya (enom : sinom : muda : pemuda-pemudi) yang bertugas menyajikan hidangan saat pesta. Istilah ini mengalami generalisasi makna pada awal abad ke-20, yaitu lembaga sosial tradisional penduduk kampung berlandaskan semangat gotong-royong yang dipraktikkan dalam perhelatan pesta, peristiwa kematian, dan menjaga keamanan lingkungan.
Semangat gotong royong masih terasa kuat pada momen tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat menjelang peringatan kemerdekaan, gotong royong dapat dibuktikan dengan berbagai bentuk tindakan khususnya ketika masyarakat mempersiapkan tirakatan dan perayaan. Varian tirakatan (thariqat) meliputi mengenang pahlawan, doa, dan mengheningkan cipta untuk meraih nilai-nilai kebenaran dan spirit perjuangan.
Pada umumnya, tirakatan kolektif disertakan sajian hidangan makanan bersama. Di sinilah gotong royong itu aktual dalam wujud menanggung bersama-sama biaya makanan, tugas mengolah makanan, dan penyajian makanan. Sebelum dan setelah tirakatan, kelompok masyarakat tertentu menyelenggarakan perayaan yang umumnya perlombaan untuk anak-anak, pemuda, dan dewasa sesuai kesepakatan.
Konteks lain yang diapresiasi dari perayaan kemerdekaan oleh kelompok masyarakat adalah pertunjukan kesenian tradisional. Agenda hiburan untuk perayaan kemerdekaan yang lazim di Jawa Timur, yaitu wayang, ludruk, kuda kepang (jaranan), dan reog.
Jenis-jenis kesenian yang dipertunjukkan disesuaikan dengan popularitas seni pertunjukan di setiap daerah. Dua contoh desa di Nganjuk, Desa Puhkerep telah menyebarluaskan agenda pagelaran wayang kulit dalam rangka HUT RI ke-78.
Desa lainnya, Desa Ngadiboyo menyelenggarakan kesenian ludruk komunitas, Ludruk Mitra Budaya, yang seluruh pemainnya warga desa yang berprofesi petani. Dengan pendampingan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, mereka telah mempersiapkan diri selama dua bulan untuk menyajikan pagelaran kesenian ludruk pada 28 Agustus 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: