Sepah yang Belum Dibuang
MEGABINTANG Liverpool Mohamed Salah sempat mendapatkan tawaran menakjubkan dari klub Al-Ittihad, Arab Saudi. Semula tawaran itu dianggap angin lalu. Namun, begitu Al-Ittihad serius, Manajer Liverpool Jurgen Klopp ketakutan. Ia mengatakan susah mencari gan--
Saya ingin memercayainya, tentu saja saya mau. Saya ingin percaya bahwa pria dan wanita yang baik akan selalu diperlakukan dengan baik, tetapi saya salah jika melakukannya.
Mohamed Salah--
Lantas, mengapa Mo Salah harus bertahan di Liverpool? Mengapa ia harus menolak kekayaan yang ditawarkan di Arab Saudi yang sejauh ini terbukti terlalu besar sehingga tidak bisa ditolak Riyad Mahrez, Aleksandar Mitrovic, dan Jordan Henderson?
Apa yang membuat Salah begitu istimewa sehingga harus hidup dengan kode etik yang berbeda dan mematuhi serangkaian prinsip yang berbeda?
Idealnya, pemain Mesir itu tidak boleh keluar dari jendela ini hanya karena kita sudah sangat dekat dengan akhir pertandingan. Liverpool dan Manajer Jurgen Klopp tidak punya waktu lagi untuk mencari penggantinya. Rasanya salah. Namun, mengharapkan Salah, pada usia 31 tahun, untuk memberikan lebih dari sekadar sopan santun kepada majikannya adalah hal yang tidak realistis.
BACA JUGA:Manchester United Berhasil Datangkan Sofyan Amrabat dari Proses Transfer yang Berlarut-larut
Sejak bergabung pada 2017 dari Roma, Salah telah membantu Liverpool memenangkan setiap trofi yang tersedia untuknya. Ia tetap mempertahankan perannya dalam kesepakatan dan lebih banyak lagi, sementara skuad Liverpool menjadi lebih lemah di sekitarnya.
Di dunia yang sempurna, ia akan peduli dengan warisannya dan tempatnya di hati dan pikiran para pendukung Liverpool. Ia ingin wajahnya terpampang di The Kop selamanya. Namun, ini bukanlah dunia yang sempurna. Ini adalah sepak bola dan, meski terdengar menyedihkan, peraturannya berbeda di sini. Salah tentu berhak menentukan pilihannya sendiri. Bukan karena ia tidak butuh Liverpool atau vice versa. Sebaliknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: