Imbas Perang Palestina-Israel, Rasisme Anti-Muslim Meningkat di Amerika Serikat
(Ilustrasi) Insiden anti-muslim di Amerika Serikat banyak bermunculan setelah pecahnya konflik Hamas-Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023. -Nancy Wiechec-Reuters
Direktur Advokasi dan Urusan Pemerintahan Nasional dalam Komite Anti-Diskriminasi Amerika Arab (ADC) Chris Habiby mengatakan bahwa pihaknya telah memantau aksi anti-muslim di Amerika Serikat sejak perang Hamas-Israel dimulai.
Dia menyampaikan bahwa penyebab terbesarnya adalah “retorika yang kita lihat dari politisi dan media.”
BACA JUGA:Pakar HAM PBB Tuding Israel Melakukan Pembersihan Etnis Massal terhadap Warga Palestina di Gaza
ADC memperingatkan masyarakat untuk tetap waspada atas ancaman yang dilakukan oleh “ekstremis Zionis di AS”.
Ancaman tersebut dapat muncul di lembaga keagamaan, termasuk di masjid dan gereja, atau saat melaksanakan ibadah salat.
Ibrahim Bechouri, seorang profesor di John Jay College of Criminal Justice, merasa yakin bahwa insiden anti-muslim akan terus meningkat di Amerika Serikat.
Peristiwa 10/7, yang mengacu pada waktu dimulainya perang Hamas-Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023, sama seperti dengan peristiwa 9/11.
“Media dan kelas politik memutuskan bahwa apa yang terjadi pada 10/7 adalah 9/11 lainnya,” katanya kepada Middle East Eye.
Dia menambahkan bahwa penyebab insiden anti-muslim yang terus meningkat ini bukan hanya berasal dari politisi dan media saja, melainkan para administrasi universitas, polisi, dan influencer media sosial juga terlibat atas peningkatan insiden tersebut melalui narasi yang mereka ciptakan sendiri.
Pernyataan Bechouri diperkuat oleh Evelyn Alsultany, seorang profesor di University of Southern California Dornsife.
Dia menjelaskan bahwa insiden anti-muslim ini muncul ketika Amerika Serikat mendukung Israel dengan mengorbankan Palestina.
BACA JUGA:Mengenal Hizbullah, Kelompok Bersenjata Lebanon yang Mendukung Hamas Serang Israel
Begitupula dengan wacana media bahwa Israel sedang membela diri untuk melawan kelompok teroris dan mengabaikan realitas bahwa Israel sebagai negara yang sedang menduduki suatu bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: