921 Calon Santri Pesantren Bina Insan Mulia Ikut Seleksi di Hotel Aston
Calon santri memadati Ballroom Hotel Aston Cirebon untuk mengikuti seleksi.-Dokumentasi Pesantren Bina Insan Mulia-
Hasilnya, menurut beliau, sejak 5 tahun terakhir ini, sudah lebih dari 500 alumni Pesantren Bina Insan Mulia yang diterima kuliah di kampus-kampus internasional di berbagai negara. Antara lain: Mesir, Sudan, Tunisia, Jordan, Oman, Turkiye, Jerman, Rusia, Taiwan, China, Malaysia, Australia, Perancis, dan lain-lain.
“Target kami pada tahun 2028 adalah 1000 lulusan Bina Insan Mulia yang telah menyelesaikan S2 dan S3 dari kampus-kampus luar negeri,” tegas Kiai Imam Jazuli yang diamini hadirin.
Perhatian terhadap persiapan untuk masuk di kampus-kampus di dalam negeri juga semakin diperkuat. Beliau menjelaskan bahwa Bina Insan Mulia telah menjalin kerja sama dengan lembaga dan konsultan, seperti Ruang Guru dan Primagama untuk memberikan bimbingan khusus kepada santri yang ingin memasuki kampus-kampus terbaik di dalam negeri.
Semua proses dan strategi pendidikan yang beliau terapkan selama ini bertujuan untuk menghantarkan para santri agar menjadi bagian terpenting dari aset pembangunan Indonesia masa depan dengan kompetensi dan karakter yang dimiliki.
“Santri tidak boleh lagi menjadi bagian masyarakat yang hanya ngurusin masjid, surau dan majlis taklim namun posisinya marjinal dalam pembangunan. Sudah saatnya para santri bangkit untuk menempati posisi-posisi strategis yang berdampak nyata pada masyarakat," katanya.
"Harus banyak santri yang menjadi CEO BUMN, dirut, menteri, kepala dinas, pejabat publik, politisi, dan lain-lain. Hanya 5% saja santri-santri saya yang menjadi kiai dan guru ngaji seperti saya,” ungkap Kiai Imam Jazuli membakar semangat calon wali santri dan calon santri yang mengikuti tes seleksi," sambungnya.
Imam Jazuli menambahkan, bahwa meskipun masyarakat santri dan pesantren punya keterlibatan yang besar dalam merebut kemerdekaan RI, tetapi dalam perjalanan Indonesia, keterlibatan santri sangat minim dalam pembangunan.
Menurut Imam, hal itu terjadi karena dua faktor. Pertama, karena faktor mindset santri yang memahami seruan agama di ruang dan praktik yang terlalu sempit dan kurang berdampak pada kenyataan. Kedua, karena sistem pemerintahan yang tidak pro ke rakyat, yang tidak punya keadilan dan kasih sayang kepada warganya. Pemiskinan dan pelemahan struktural terjadi di berbagai bidang sehingga rakyat tetap semakin lemah.
Solusi untuk mengatasi masalah ini, menurut Imam Jazuli, adalah pendidikan. “Untuk mengakhiri keadaan demikian, Pesantren Bina Insan Mulia mengambil langkah proaktif dengan mengubah sistem pendidikan dan orientasi pendidikan di pesantren agar para santri nanti mencapai kebangkitan di tahun 2030 untuk mengisi Indonesia Emas di tahun 2045,” tegas beliau menutup sambutannya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: