Worskhop Batik dalam Mixture Coastal Batik Festive bersama Duta Wastra ALIT

Worskhop Batik dalam Mixture Coastal Batik Festive bersama Duta Wastra ALIT

Peserta workshop batik Mixture Coastal Batik Festive asyik mencanting. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY-

HARIAN DISWAY - Masih dalam rangkaian Mixture Coastal Batik Festive yang diselenggarakan Yayasan Arek Lintang (ALIT) Indonesia selama empat hari mulai 6 hingga 9 November, digelar workshop membatik pada 7 Oktober 2023.

Digelar santai di area backyard Wisma Jerman, ada sepuluh peserta yang datang dengan keinginan belajar membatik yang besar. Sebelum praktik, mereka mendengarkan penjelasan dari Direktur Eksekutif Yayasan ALIT Indonesia Yuliati Umrah.

"Ada tiga unsur penting dalam menggambar motif batik yaitu utomo (utama), latar dan isen (ragam hias pengisi latar). Itu namanya pakem batik, ada utomo, latar, dan isen-isen dan semuanya nyambung,” papar Yuli.

BACA JUGA: Mixture Coastal Batik Festive, Pameran Batik Tulis di Wisma Jerman

Bersama Farra Ayu Aprizia Putri, Duta Wastra ALIT, sesi praktik membatik sangat ditunggu-tunggu peserta. Mereka menerima peralatan seperti canting, kain mori polos, lilin, alat menggambar, hingga pewarna kain.

Dengan semua itu, peserta mulai praktik membatik di atas kain. Sebagai contoh, batik-batik yang dipajang di dalam pameran menjadi inspirasi. Namun, peserta tidak dibatasi untuk mencari inspirasi dari internet. Seperti dari Pinterest maupun Google. 

Setelah mendapatkan inspirasi motif batik, mereka mulai menorehkan garis-garis di atas kertas hingga membentuk pola. Mereka menciptakan pola dengan meneteskan lilin panas pada kain putih bersih dengan hati-hati. Hingga membentuk garis-garis halus dan detail yang memperkaya desain.

Peserta workshop batik sedang menggambar pola di atas kertas. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY-

Salah seorang peserta Adinda Yuliana, mahasiswa Jurusan Sosiologi UNAIR tertarik menggambar bunga aster sebagai motif utama. “Aku memilih bunga aster karena itu melambangkan aku yang berani, cantik, dan tangguh,” ungkapnya.

Kemudian dia menambahkan tetesan air sebagai latar yang menandakan suatu harapan. “Latar itu kan menggambarkan suatu dunia, ya itu caraku memandang dunia penuh dengan harapan,” tambahnya.

BACA JUGA: Hari Batik Nasional, Wagub Emil: Batik Tak Bisa Direplika oleh AI

Berbeda dengan Adinda, Vivien Kusuma memilih tema fauna untuk batiknya. Ia menggambar ikan koi dengan daun teratai di sekitarnya. “Aku bikin yang gampang-gampang aja sih soalnya ini pertama kalinya bikin batik," katanya.

Setelah menggambar pola di kertas, step selanjutnya adalah menyalinnya di atas kain mori. Setelah selesai, peserta diajak masuk ke tahap selanjutnya yakni mencanting.

BACA JUGA: Hari Batik Nasional: Historisitas dan Identitas Bangsa, Simbol Tak Ternilai Warisan Budaya Dunia

Terdapat empat canting dengan ukuran berbeda. Canting nomor satu memiliki bolongan yang paling kecil dan nomor empat memiliki bolongan paling besar. “Nanti nomor satu dibuat menggambar garis-garisnya ya, nomor empat nanti bisa dibuat nge-blok,” jelas Farra.

Ternyata tahapan itu tak sulit dilakukan. Peserta yang sudah menggambar pola di atas kain mori mulai bisa menggambar menggunakan lilin. "Mencanting batik melibatkan mata yang cermat, tangan yang lincah, dan hati yang penuh dedikasi," kata Farra.
Para peserta workshop batik dalam event Mixture Coastal Batik Festive memarekan hasil batik mereka. -ALIT Indonesia-

BACA JUGA: Wyndham Hotel Surabaya Pamerkan Karya Batik Rumah Anak Prestasi: Sebuah Meaningful dari yang Spesial

Saat proses mengerjakan, Yulis menyemangati peserta. “Capek kan membatik itu? Biar kalian tahu kalau batik itu susah. Makanya tak heran jika harga batik sangat mahal,” ujar Yuli.

Setelah selesai menggambar pola menggunakan lilin, kain tersebut direndam di dalam air rebusan bunga indigo yang mengeluarkan warna biru dan kulit kayu mahoni yang mengeluarkan warna cokelat.

Karena keterbatasan waktu, panitia memberikan kulit kayu mahoni agar para peserta bisa melanjutkan merendamnya di rumah. “Merendamnya butuh 15 kali ya biar warnanya keluar. Rendem 30 menit terus dijemur trus rendem lagi,” ucap Yuli.

Saat pulang, peserta disilakan membawa kain yang sudah dicanting menggunakan lilin dan kulit kayu mahoni itu. Buat Adinda, workshop yang diikutinya itu sangat menyenangkan.

"Selain mendapat ilmu tentang batik. Saya juga mendapatkan pengalaman baru. Apalagi aku bisa rileks. Ya karena aku sudah semester 7 ya, jadi ikut ini biar enggak stres menggarap skripsi terus,” ungkap Adinda. (Rizquna Qurrota)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: