Mixture Coastal Batik Festive, Pameran Batik Tulis di Wisma Jerman

Mixture Coastal Batik Festive, Pameran Batik Tulis di Wisma Jerman

Mixture Coastal Batik Festive, pameran batik tulis di Wisma Jerman. Para pengunjung Mixture Coastal Batik Festive berpose di depan kain-kain batik yang dipamerkan.-Muchamad Ma'ruf Zaky-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Alit Indonesia, kelompok yang bergerak di bidang pemberdayaan pemuda, desa, dan budaya, menggelar Mixture Coastal Batik Festive. Yakni pameran kain Batik dari berbagai daerah, koleksi dari Yuliati Umrah, Direktur Alit Indonesia dan Galeri Dewa Dewi Ramadaya.

Acara itu digelar di Wisma Jerman pada Senin, 6-9 November 2023. Lebih dari 150 koleksi batik dipamerkan. Yuliati menyebut bahwa batik merupakan warisan budaya yang dibangun oleh berbagai bangsa. 

"Ada warna cokelat yang khas Jawa, warna biru yang didapat dari tradisi Eropa, juga visual-visual seperti burung hong dan sebagainya. Itu dari Tiongkok. Asal mula penyebarannya ada di Lasem, Jawa Tengah," ungkapnya.

BACA JUGA:Glow in The Dark, Tunik Putri Batik Fosfor Suguhkan Busana Haloween Futuristik

Kain-kain itu merupakan koleksi pribadi yang diperoleh dari kakek buyutnya asal Pekalongan. Dulu, buyutnya itu merupakan pedagang batik yang berdagang di Jalan Undaan, Surabaya. Kain-kain itu diperolehnya dari Tjoa, pengrajin batik besar di Lasem. 


Mixture Coastal Batik Festive, pameran batik tulis di Wisma Jerman. Yuliati Umrah, Direktur Alit Indonesia dengan kain batik koleksinya.-Muchamad Ma'ruf Zaky-

"Makanya koleksi saya banyak. Warisan turun-temurun," katanya. Pun, buyutnya dulu bergabung dengan Sarekat Dagang Islam. Yakni organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya.

BACA JUGA:IISMA di Republik Lituania Kenalkan Budaya Batik Indonesia

"Jadi salah satu penggerak revolusi. Dengan berdagang batik, buyut saya ikut berjuang untuk kemerdekaan bersama Sarekat Dagang Islam," katanya. Batik-batik yang dimilikinya cukup tua. Kisaran era 1920 hingga 1970. Maka koleksinya itu merupakan heritage yang punya nilai tinggi.

Beberapa batik Tjoa pun ada dalam pameran itu. Orisinalitasnya dibuktikan dengan tanda tangan Tjoa Siang Swie, yang dibubuhkan dalam motifnya. Gaya batiknya merah khas Lasem, dengan aksen warna biru dari Pekalongan dan soga cokelat khas Jawa Tengah.


Mixture Coastal Batik Festive, pameran batik tulis di Wisma Jerman. Yuliati Umrah menerangkan berbagai hal tentang batik pada para pengunjung di Wisma Jerman.-Muchamad Ma'ruf Zaky-

Motifnya berupa beragam flora dan fauna, seperti motif gigi walang, dan jenis-jenis tanaman merambat. Batik Tjoa dipercaya memberi perlindungan pada pemakainya. Batik-batik kuno kerap menggunakan canting nomor nol, berujung runcing. Sehingga bisa memberi detail yang apik.

BACA JUGA:Berbagi Wawasan Motif Batik, Komunitas Cinta Berkain Indonesia selalu Adakan Pertemuan dengan Tema

Seperti batik Lasem atau batik Gentongan yang memiliki motif titik-titik yang rapat, kemudian garis-garis yang rumit dan berukuran kecil. Canting nomor nol membutuhkan kecepatan dalam teknik menggambar. Sebab, malam dalam permukaan canting akan cepat membeku. Sehingga tak bisa digunakan lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: