SMAK St Louis 1 Surabaya Gelar Pentas Teatrikal 10 November 1945

SMAK St Louis 1 Surabaya Gelar Pentas Teatrikal 10 November 1945

SMAK St Louis 1 Surabaya gelar pentas teatrikal 10 November 1945. Para aktor pelajar SMAK St Louis 1 Surabaya mementaskan teater 10 November 1945.-Sahirol Layeli-

Dalam perang itu, Nainggolan tewas. Lastri yang diperankan Vania Petrina Pudji, siswi kelas X, menjerit histeris. Sastro yang dalam keadaan luka, menenangkannya. Lastri membopong Sastro untuk diobati.

Tokoh Brigjend Mallaby, panglima tentara Sekutu datang menggunakan jeep. Meletuslah pertempuran singkat di Jembatan Merah yang berhasil menewaskan jenderal tersebut.

Esoknya, selebaran dijatuhkan oleh pesawat Sekutu. Bernada ancaman, bahwa dalam waktu 1x24 jam, Rakyat Surabaya harus menyerahkan senjata.

BACA JUGA: Keragaman Suku dan Ras di Kota Pasuruan Diramu Menjadi Teatrikal Apik


SMAK St Louis 1 Surabaya gelar pentas teatrikal 10 November 1945. Tokoh Lastri berlari histeris setelah mengetahui kekasihnya, Sastro, gugur dalam perang 10 November.-Sahirol Layeli-

"Tali duk, tali layangan, nyowo siji ilang-ilangan!," ujar seorang aktor. Ia menggunakan peribahasa Jawa. Artinya, nyawa hanya satu. Bila harus hilang karena membela tanah air, berkorban pun harus dilakukan. 

Pertempuran besar pun pecah. Kisah cinta Lastri dan Sastro tak seindah yang dibayangkan. Sastro gugur. Dalam pementasan itu, lagu-lagu nasional dikumandangkan. Termasuk karya musisi Gombloh berjudul Gugur-Gugur Bunga. Lagu yang berkisah tentang pahlawan yang berkorban nyawa di medan laga.

Sri Wahjoeni Hadi S, Kepala Sekolah SMAK St Louis 1 menyebut bahwa kegiatan pentas teatrikal tersebut dapat lebih meresap di hati para siswa. "Menjiwai mereka untuk mengobarkan semangat perjuangan. Generasi bangsa harus selalu diingatkan tentang sejarah," ungkapnya.

Ketua Yayasan Lazaris yang menaungi sekolah, Romo Martinus Irwan Yulius, CM, mengapresiasi pementasan itu. "Para pahlawan telah memberi kita kemerdekaan. Kini, kita harus mengisi kemerdekaan itu," ungkapnya.

BACA JUGA: Pentas Teatrikal Merekonstruksi Peristiwa di balik Lagu

"Memaknai kemerdekaan bukan hanya lepas dari penjajah. Melainkan bagaimana kita, termasuk para siswa, dapat tumbuh secara holistik. Dari segala sisi. Baik secara rohani, intelektual dan pastoral," ungkapnya.


SMAK St Louis 1 Surabaya gelar pentas teatrikal 10 November 1945. Para aktor yang memerankan tentara Sekutu mengendarai mobil tempur keluaran 1946.-Sahirol Layeli-

Bertumbuh secara rohani adalah menjadi pribadi yang taat. Intelektual, artinya memiliki wawasan dan pengetahuan untuk berbuat sesuatu bagi bangsanya. Sedangkan pastoral, lebih pada semangat pelayanan. "Bela-rasa, menyatu dengan semua orang dan menjadi pribadi yang rendah hati," terangnya.

Semangat juang para pahlawan, semangat pelayanan para perawat PMI pada mereka yang terluka adalah keteladanan bagi generasi muda. Pentas teatrikal itu adalah bentuk penanaman nilai-nilai nasionalisme serta sebuah penghargaan bagi mereka yang telah gugur demi merah-putih. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: