Singapura Ternyata Sudah Duluan Pakai Metode Menyebar Nyamuk Wolbachia Tahun 2016, Bagaimana Hasilnya?

Singapura Ternyata Sudah Duluan Pakai Metode Menyebar Nyamuk Wolbachia Tahun 2016, Bagaimana Hasilnya?

Percobaan pelepasan jentik nyamuk ber Wolbachia dari Kemenkes. Singapura ternyata sudah lebih dahulu melakukannya pada tahun 2016-Kemenkes-

HARIAN DISWAY - Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih marak di Indonesia

WHO mencatat penyebaran DBD di Indonesia masih yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN. 

WHO menemukan setidaknya sudah 100–400 juta pasien di dunia atau separuh populasi dunia berisiko terserang dengue setiap tahunnya.

BACA JUGA:Pelepasan Nyamuk dengan Bakteri Wolbachia Untuk Melawan Penyebaran Demam Berdarah, Seberapa Luas Penyebaran DBD di Indonesia?

Berbagai upaya dilakukan untuk menekan penyebaran virus dengue. Terbaru adalah dengan metode penyebaran nyamuk pembawa bakteri Wolbachia


Berbagai pertanyaan muncul apa itu nyamuk Wolbachia bikinan Bill Gates pembasmi DBD atau penyakit Demam Berdarah Dengue. -Yayasan Tahija-

Bakteri ini dipercaya bisa melumpuhkan virus dengue yang dibawah vektor nyamuk aedes aegypti. Uji klinis penyebaran bakteri Wolbachia baru baru ini dilakukan di Yogyakarta 

Media Channel News Asia (CNA) Singapura mengunggah berita berjudul “Project Wolbachia: 300 million mosquitoes released but not a silver bullet to deal with dengue, says NEA”.

Isi berita tersebut mengatakan Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency) Singapura mengklaim bahwa daerah dengan banyak sekali nyamuk, maka nyamuk Wolbachia tidak dapat berkompetisi dan akan menjadi bebannya "berlebihan".

BACA JUGA: PB IDI Yakinkan Penyebaran Wolbachia Aman, Sudah Dilakukan Uji Klinis Pada 300 Ribu Orang Lebih

Bukan tanpa sebab, nyamuk Wolbachia pernah diaplikasikan oleh negara Singapura pada tahun 2016. Namun, tampak jelas kasus dengue di Singapura belum tampak menurun.

“Pada tahun 2022 masih dilaporkan 32.173 kasus demam dengue, kedua tertinggi sesudah 2020 dengan  35.266 kasus,” ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama.

“Bahkan pada awal September 2023, Badan Lingkungan Hidup NEA Singapura memberi peringatan bahwa negara itu mungkin akan mengalami kenaikan kasus lagi,” sambungnya.

Hal itu dikarenakan NEA mengeluarkan laporan mingguannya yang menunjukkan beberapa ratus kasus dengue, dengan lebih dari 50 klaster aktif yang terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: