Gaza Mencapai Kemiskinan Tingkat Ekstrem Selama Perang Hamas-Israel

Gaza Mencapai Kemiskinan Tingkat Ekstrem Selama Perang Hamas-Israel

Warga Palestina mengantre untuk memperoleh gas di Deir al-Balah, Gaza pada Kamis, 30 November 2023. Kondisi tersebut menggambarkan kemiskinan tingkat ekstrem di Gaza selama perang Hamas-Israel. -Hani Kali-BBC

HARIAN DISWAY - Gaza mencapai kemiskinan tingkat ekstrem selama perang Hamas-Israel berlangsung. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, tingkat kemiskinan di Gaza mencapai 53 persen dengan sepertiga (33,7 persen) penduduk Gaza hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Selain itu, sekitar 64 persen keluarga di Gaza tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok dan tingkat pengangguran mencapai 47 persen, salah satu tingkat pengangguran tertinggi di dunia.

Elhasan Bakr, seorang analis ekonomi di Gaza, mengatakan bahwa kekacauan harga barang menyebabkan inflasi terjadi di Gaza, yaitu mencapai antara 300 dan 2.000 persen untuk berbagai barang.

Bahkan sebelum serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 terjadi, Palestina mengalami kerugian sebesar USD 35 miliar atau sekitar Rp 543 triliun akibat Israel yang memblokade Gaza selama 17 tahun.

BACA JUGA: Harga Kebutuhan Pokok di Gaza Melambung Tinggi, Warga Gaza Mengeluh Tak Bisa Beri Makan Keluarga

Elhasan Bakr mengatakan bahwa serangan Israel dalam perang Hamas-Israel ini menambah beban ekonomi bagi Gaza. "Kerugian langsung ke sektor swasta telah melampaui USD 3 miliar (Rp 46,6 triliun), sementara kerugian tidak langsung lebih dari USD 1,5 miliar (Rp 23,3 triliun)," ungkap Bakr, dilansir dari Al Jazeera pada Kamis, 30 November 2023.

Adapun sektor pertanian di Gaza mengalami kerugian sebesar $ 300 juta atau sekitar Rp 4,6 triliun. "Ini termasuk mencabut dan membuldoser pohon-pohon berbuah di lahan pertanian di utara dan timur dekat pagar Israel, yang berarti perlu waktu beberapa tahun lagi sebelum para petani dapat menuai apa yang mereka tabur," jelasnya.

BACA JUGA: Bye Bye Maya Viral di TikTok, Tawanan Hamas Berterima Kasih Pada Penculiknya

Bakr juga menjelaskan kelumpuhan ekonomi di Gaza secara keseluruhan. Dia mengatakan terdapat 65 ribu fasilitas ekonomi di Gaza pada sektor swasta telah hancur atau berhenti bekerja akibat perang. Fasilitas ekonomi itu dari sektor pertanian hingga industri jasa.

“Ini telah mengakibatkan hilangnya pekerjaan yang sangat besar, yang pada gilirannya menyebabkan kurangnya ketahanan pangan," imbuh Bakr.

Selain itu, bantuan-bantuan yang diizinkan Israel untuk memasuki Gaza tidak cukup memenuhi kebutuhan hampir satu juta orang terlantar yang tinggal di sekolah-sekolah PBB

Bantuan yang diterima hanyalah bantuan kecil yang diizinkan Israel sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan satu hari.

BACA JUGA:Antony Blinken: Perundingan Berjalan Lancar, Gencatan Senjata Kemungkinan Bisa Terus Berlanjut

Dari 22 Oktober hingga 12 November 2023, kurang dari 1.100 truk memasuki Gaza. Kurang dari 400 truk tersebut membawa produk makanan yang hanya mampu memenuhi hampir 10 persen kebutuhan pangan Gaza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: al jazeera