Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (4-Habis): Turun Mengantar Pulang

Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (4-Habis): Turun Mengantar Pulang

Saya mengagumi Candi Umpak Wolu, tempat para resi beribadah. -Kirana Kejora-

Umpak Wolu awal ditemukan kembali sekitar 2017 di dalam area hutan lebat Sukamerta. Berupa reruntuhan bekas bangunan yang cukup besar yang diduga memiliki dua pintu gapura. Tampak dengan adanya empat ukelan dasar yang sama seperti lainya.

Candi Umpak Wolu adalah tempat para resi beribadah. Selain tempat sesajen kepada para leluhur yang telah moktaing ring pawitra atau meninggal. 

Di area candi ditemukan delapan (wolu) umpak, terbuat dari batu andesit yang masih menancap di halaman depan reruntuhan candi saat pertama kali ditemukan. Meski di area candi mulai banyak ditemukan umpak besar maupun kecil yang masih berserakan.

Saya mengambil posisi duduk di tumpukan batu sebelah kiri candi. Tanpa saya duga, ada seekor kupu-kupu kecil berwarna abu-abu dengan kedua sayap bermotif sulur biru muda transparan, menghampiri. 

Selama blusukan ke candi-candi, atau naik tur gunung, baru kali ini dihinggapi kupu-kupu. Biasanya hanya terbang mengantar perjalanan. Mengiringi. Di Candi Umpak Wolu dia hangat menyentuh. Beberapa kali berputar mengelilingi saya. Hinggap di tangan kanan saya, terbang, hinggap. Begitu beberapa kali. Menggemaskan. 

Rupanya dia menyampaikan sandi. Bahwa saya kudu eling, hidup butuh sabar. Bertenggang -berjuang- agar hal yang susah jadi indah. Tak mudah si kupu-kupu jadi cantik menawan. Butuh mencari hidup. Hinggap ke sana kemari untuk bertahan lalu diam dalam kepompong. Dengan perjuangan yang ”menyakitkan” dia berubah menjadi kupu-kupu indah.

BACA JUGA: Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (3): Semadi di Candi Wayang

Bagi saya, kupu-kupu adalah simbol kehadiran leluhur. Kiriman semesta karena karsaning Hyang -kehendak Gusti Ingkang Murbeng Dumadi- Tuhan Yang Maha Esa. Agar saya senantiasa eling pesan besar leluhur: "Jadilah orang baik".

Senja kian merubung. Kami segera turun, berjalan ke arah Hutan Mahoni Genting. Ia begitu eksotis dengan karpet daun-daun kering berwarna, merah maroon, terakota, kuning tua, juga cokelat tanah.
Serpihan topeng gerabah yang saya temukan di Candi Umpak Wolu. -Kirana Kejora-

Pohon-pohon mahoni tua muda tampak gagah menjadi tiang-tiang penyangga perjalanan. Terasa aman menuruni gunung dengan sesekali memegang pohon-pohon yang menutup sebagian sinar jingga sang bagaskara. 

Kami sejenak berhenti, rehatkan hati dan raga, saling becanda, saling mengingat hal-hal manis selama perjalanan yang rasanya seperti mimpi.

Hanya sekitar 20an menit rehat, kami melanjutkan perjalanan.M asih memakan waktu sekitar 30an menit hingga sampai di Dusun Genting, Desa Watonmas Jedong, Kabupaten Mojokerto.

Di Balai Desa Watonmas Jedong kami rehat lagi. Sepuluh menit berlalu, mobil pick up menjemput kami untuk kembali ke base camp Astana Jabal Sirr yang bermakna kediaman di atas gunung penyimpan banyak rahasia. 

Ya, benar adanya, banyak rahasia semesta yang sampai kapan pun tak akan pernah bisa kita pecahkan. Termasuk, takdir Sang Maha Hidup untuk adik saya tercinta, Bagus Widiyatmoko. 

Ia dipanggil-Nya ”pulang” pada 13 November 2023. Begitu mendadak. Satu hari setelah saya turun dari Pawitra. Gumam saya: ”Turun dari Pawitra, mengantar kepulanganmu ke rumah abadi nan suci my lil bro!”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: