Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (4-Habis): Turun Mengantar Pulang

Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (4-Habis): Turun Mengantar Pulang

Saya mengagumi Candi Umpak Wolu, tempat para resi beribadah. -Kirana Kejora-

HARIAN DISWAY - Ah, saya tidak menyangka arahan-Nya dalam pendakian perdana ke Pawitra, ke Gunung Gajah Mungkur. Inilah jejak sang pangeran dari kulon. Tatar Sunda yang menjadi salah satu latar novel Seruni Niskala

Saya percaya tak ada yang kebetulan. Semua telah menjadi ketetapan. Tinggal saya berjuang menangkap sandi perjalanan istimewa ini. Spiritual journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra.

Dengan melakukan pendakian ke salah satu perwara Pawitra -Gunung Gajah Mungkur- mitologi Gunung Pawitra sebagai Mahameru Suci yang tertulis dalam kitab Tantu Panggelaran (1557 Çaka atau 1635 M) makin saya resapi.

Dikisahkan Pulau Jawa saat itu dalam keadaan labil. Tanahnya sering berguncang dan bergetar dahsyat. Bhatara Guru memerintahkan semua Dewa dan makhluk Kahyangan agar pergi ke Jambudwipa (India), memindahkan gunung suci Mahameru ke Pulau Jawadwipa (Jawa).

BACA JUGA: Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (1): Mencari Hening demi Novel

Kemudian memaku tanah Jawa agar stabil dan berhenti bergoyang. Puncak Mahameru yang agung, besar dan setinggi langit itu kemudian dipotong dan diangkut beramai-ramai ke Pulau Jawa. 

Terjemahan kitabnya sebagai berikut. Dilepas turun dari barat menuju timur di Pulau Jawa, kemudian dilepaslah Sang Hyang Mahameru dipindah ke timur dasarnya tertinggal ada di barat. Maka tercipta gunung yang bernama Kelasa. Berdirinya Sang Hyang Mahameru beginilah bunyi ceritanya. 

Puncaknya dipindah ke timur, dikelilingi semua para Dewa sampai runtuh Sang Hyang Mahameru. Setelah di tanah runtuh, terciptalah Gunung Katong (Lawu), kedua di tanah runtuh terciptalah Gunung Wilis.

Ketiga di tanah runtuh terciptalah Gunung Kampud (Kelud), keempat di tanah runtuh terciptalah Gunung Kawi, kelima di tanah runtuh terciptalah Gunung Arjuno, keenam di tanah runtuh terciptalah Gunung Kemukus (Welirang). 

Rusaklah di bagian bawah setelah runtuhnya Sang Hyang Mahameru. Kemudian lebih ke arah utara berdiri tegak bagian potongan puncaknya. Di sana berdiri tempat para Dewa, puncak Sang Hyang Mahameru dipindah ke Pawitra. 

Intinya, Pawitra, adalah puncak Mahameru.
Saya dengan latar belakang Pawitra, puncak Mahameru. Selama pendakian menuju salah satu gunung pengawalnya yakni Gunung Gajah Mungkur, saya dan Pasukan Pawitra menemukan banyak batuan andesit berundak. -Kirana Kejora-

Selama pendakian menuju puncaknya, saya dan Pasukan Pawitra menemukan banyak batuan andesit berundak. Berupa tangga, maupun dinding yang berserakan. Juga kepingan keramik berupa topeng, maupun gerabah. 

Namun karena fokus ke candi, kami abaikan. Apalagi saya, mending menata napas, jaga daya tahan tubuh dengan mengatur energi agar tidak tumbang di jalan.

Sekitar tujuh jam mendaki Gunung Gajah Mungkur, kami tiba di candi keempat, Candi Umpak Wolu. Di sini kami ngopi, rehat sejenak, melepas lelah, dan memanjakan tubuh serta pikiran yang rasanya luber. Over dengan menangkap banyaknya sandi dan ”energi lain” selama pendakian. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: