Dalam Workshop Gitar dan Konser Kolaborasi ISI-Unesa, Duet Rahmat-Bagus Memukau

Dalam Workshop Gitar dan Konser Kolaborasi ISI-Unesa, Duet Rahmat-Bagus Memukau

Penampilan yang ditunggu-tunggu sebagai puncak konser yakni dua maestro gitar klasik yang tak lain dua dosen ISI Yogyakarta, Rahmat Raharjo dan Mardian Bagus Prakosa. -Nadia Aliya/HARIAN DISWAY-

HARIAN DISWAY - Pertemuan antara Prodi Penyajian Musik ISI Yogyakarta dan Prodi Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa menghasilkan Concert Collaboration. Digelar di Gedung T14 Unesa, formasi duet, trio, quartet, dan ansambel besar dalam gitar klasik itu memikat. Termasuk special performance oleh dua dosen ISI. 

Gitar akustik nylon enam senar itu dipetik. Gitar yang lazim digunakan untuk memainkan musik klasik. Senarnya lembut, body gitarnya lebih ramping. Tak harus menggunakan teknik picking dan lebih banyak dimainkan melalui teknik petikan jari. Suaranya pun lebih lembut.

Gitar-gitar nylon itulah yang digunakan oleh para mahasiswa Unesa dan ISI dalam konser yang digelar pada 8 November 2023 pukul 15. Mereka menyuguhkan komposisi klasik Eropa dan Indonesia. Seperti duet dalam Suite Italiana karya Mario Gangi oleh M Baqi El Vatikan dan Romero Aristo David Simanjuntak. 
Duet M Baqi El Vatikan (kiri) dan Romero Aristo David Simanjuntak yang memainkan dua nomor yakni Suite Italiana karya Mario Gangi dan repertoar Tango Espanol karya Isaac Albeniz. -Nadia Aliya/HARIAN DISWAY-

Keduanya menurunkan notasi pada gitarnya atau drop. Lantas El memulainya dengan picking disusul petikan lembut. Sementara Romero membuat melodi awal dengan tapping. Yakni jari-jari tangan kanannya berada di neck. Memainkan notasi dengan menyentuh senar. Sementara tangan kirinya tetap memainkan kord. 

Dalam Suite Italiana, keduanya mampu menyelaraskan harmoninya dengan nyaris sempurna. Sedikit berbeda dengan beberapa pemain lain yang kerap miss dalam tempo atau kurang sempurna saat menekan cord. Sehingga terdengar sedikit nada yang meleset. 

Dalam beberapa part, power petikan atau strimming El terdengar lebih bertenaga daripada Romero. Tampaknya itu disengaja untuk keutuhan komposisi semata. Beberapa kali keduanya melakukan picking yang sedikit menjauh dari lubang resonansi untuk meminimalisir gema yang berlebihan.

Diakui El, komposisi Suite Italiana memang rumit. Komposisi ciptaan musisi klasik asal Italia itu Memadukan berbagai genre musik seperti jazz dan klasik. Tekniknya pun beragam. 

Selanjutnya, El dan Romero memainkan repertoar Tango Espanol karya Isaac Albeniz, salah seorang komposer terkemuka di era pasca-romantis yang terkenal dengan karya pianonya berdasarkan idiom musik rakyat Spanyol.
Penampilan trio gitar yang dibawakan Charisma, Sunset, dan Gerry P menjadi salah satu suguhan yang seru dalam Concert Collaboration yang digelar di Gedung T14 Unesa, 8 Desember 2022. -Nadia Aliya/HARIAN DISWAY-

Sekali lagi, keduanya menurunkan jangkauan nada gitarnya atau drop D. Yakni penyeteman senar gitar teratas (atau senar keenam) ke nada D (bukan E). Tetapi membiarkan senar yang lain tetap dalam nada standar. 

Drop D biasa digunakan untuk musik-musik blues bahkan heavy metal. El mengambil jangkauan nada-nada lebar saat memainkan ritme bass-nya. Sedangkan Romero berkutat dengan melodi klasik yang lincah ala musik Spanyol.

Hingga keduanya sama-sama bermain melodis dan rythm section secara bergantian. Rancak dan semangat. Sepanjang itu, El melakukan penghayatan penuh. Ia eksprsif memejamkan mata, menggeleng, dan tersenyum. Mungkin ingin seperti Steve Vai-nya musik klasik. Komposisi itu diakhiri keduanya dengan manis.

Berikutnya yang ditunggu-tunggu sebagai puncak konser adalah dua maestro gitar klasik yang tak lain dua dosen ISI, Rahmat Raharjo dan Mardian Bagus Prakosa. Pertama, dengan Gambang Suling karya Ki Narto Sabdo. Nada-nada Jawa bisa dimainkan dengan baik melalui gitar akustik.

Jika El dan Romero melakukan drop D, Rahmat dan Mardian justru menaikkan nada E menjadi nada F. "Untuk memaksimalkan teknik open string-nya saja karena open string dalam lagu Gambang Suling banyak memainkan nada F, bukan E," ujar Rahmat. 

Hebatnya, hanya dua gitaris klasik tapi komposisi itu tersaji sangat penuh. Seperti dimainkan tiga-empat gitaris sekaligus. Nyaris tak ada part-part kosong atau jeda. Semua terdengar maksimal dan riuh. Pun berbagai teknik dimainkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: