Semarak Acara Jatiwara Festival, Siswa SD Se-Surabaya Siap Berkompetisi Olahraga Tradisional
Tim tingkat SD Surabaya bersama anggota Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KOMRI)sebagai juri perlombaan olahraga tradisional gobak sodor yang diselenggarakan oleh Jatiwara Festival Sayembara Olahraga Tradisional dan Festival Budaya di Gelangg-Majalyn Nadiranisa R / -Harian Disway
HARIAN DISWAY - Gempuran gadget dan dunia yang serba teknologi telah menggempur anak-anak zaman sekarang. Hal tersebut menyebabkan permainan tradisional seperti gobak sodor, egrang, tarik tambang, dan permainan tradisional lainnya menjadi permainan langka.
Demi membangkitkan semangat anak-anak zaman sekarang dengan permainan tradisional, mahasiswa Unesa dari prodi Ilmu Komunikasi menyelenggarakan event yang berjudul "Jatiwara Festival" pada Sabtu, 16 Desember 2023.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unesa ini tidak serta merta menghadirkan sebuah rangkaian acara tanpa sebab. Melainkan hal ini juga merupakan persyaratan kelulusan mata kuliah MICE pada mahasiswa Ilmu Komunikasi Unesa yang mengambil peminatan Marketing Communication.
Mata kuliah ini mengajarkan bagaimana mengorganisir penyelenggaraan event, penentuan stakeholder, cara penyusunan anggaran event, cara mempromosikan event, dan cara mendapatkan sponsorship. Oleh karena itu, event Jatiwara Festival inilah diluncurkan.
BACA JUGA:Ilmu Komunikasi Untag Surabaya Turut Kenalkan Musik Saronen via Media Sosial
Jatiwara Festival sendiri merupakan ajang untuk anak-anak usia Sekolah Dasar dalam pertandingan permainan hadang, atau biasa juga disebut dengan gobak sodor.
Memiliki slogan "Jelajah Warisan Budaya" yang merupakan kepanjangan dari Jatiwara sendiri, tim penyelenggara acara juga turut mengundang beberapa booth makanan, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat, untuk ikut meramaikan acara kali ini, mengingat festival ini juga diperuntukkan kepada anak-anak tingkat sekolah dasar.
Panitia Jatiwara Festival ini mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan acara hari ini selama kurang lebih empat bulan. Meskipun masih banyak kendala yang dilalui, namun para panitia sudah terbilang cukup puas dan sukses dengan acara kali ini.
Acara dimulai pada pukul 07.00 dan diakhiri pada pukul 17.00. Pembuka dari acara Jatiwara Festival ini sendiri diresmikan dengan pemotongan pita oleh Heru. SIP. Info. S.H.,M.H., Ketua Komisi Olahraga Tradisional Kreasi Budaya, Vinda Maya Setianingrum, S. Sos., M.A., Ketua Humas Unesa, Fillah Aqidatul Mustika Aulia, Ketua Pelaksana Jatiwara Festival, Putri Aisyiyah Rachma Dewi, S.Sos., M.Med.Kom, Dosen Pembimbing Mata Kuliah Event Management Ilmu Komunikasi UNESA, dan Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM, Wakil Ketua I Persatuan Olahraga Tradisional Indonesia (PORTINA).
Sesaat sebelum pemotongan pita, terdapat sepatah dua patah kata dari Biasworo Adisuyanto, selaku Wakil Ketua I Persatuan Olahraga Tradisional Indonesia. "Ikon yang diangkat pada acara kali ini adalah olahraga tradisional. Karena di lingkungan kita sudah banyak yang menyadari bahwa olahraga tradisional hampir punah dan besar harapan dari kami, anak-anak zaman sekarang bisa melestarikan olahraga tradisional tersebut." Ucap Baisworo.
simbolik pembukaan Jatiwara Festival Sayembara Olahraga Tradisional dan Festival Budaya di Gelanggang Remaja Surabaya dengan memotong pita oleh (dari kiri ke kanan) Ketua Komisi Olahraga Tradisional Kreasi Budaya, Ketua Humas Unesa, Ketua Pelaksana Jatiwa-Majalyn Nadiranisa R -Harian Disway
Selesai peresmian acara dengan pemotongan pita, acara ini juga disambut dengan Tari Remo dari Manajemen Sendratasik Unesa dan juga ditutup dengan pementasan drama teater dari Teater Q, Uinsa.
"Kami memilih Tari Remo dan pementasan teater untuk penampilan hiburan karena balik lagi kepada latarbelakang diadakannya festival ini, yaitu festival kebudayaan. Awalnya juga sempat berpikir apa opening yang pantas untuk diselenggarakannya sebuah acara kebudayaan dan bagaimana closing yang tepat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: