Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (13): Darah Obat Hati Luka

Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (13): Darah Obat Hati Luka

Pria Madura dengan senjata di tangan. Dalam tradisi carok, berbagai senjata dapat digunakan. Tradisi itu untuk mengobati luka hati karena dilecehkan. Jadi, pelaksanaannya tidak boleh sembarangan. --

“Istilahnya “dimandikan” atau dijamasi. Perlu waktu sekali dalam satu bulan,” terang budayawan 64 tahun itu. Pembersihan itu menggunakan air kembang.

Namun, celurit pusaka bukan direndam kemudian dicuci. Melainkan hanya diperciki serta diusap perlahan menggunakan jari-jemari saja. Gunanya agar noda darah tak hilang. Karena itu merupakan suatu prestise dari leluhur mereka.

Dalam buku Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura karya Dr Latief Wiyata, tertulis bahwa ada satu kepercayaan di kalangan orang Madura. Bahwa arwah orang yang tewas karena carok akan menjadi hantu.

Latief menulis, “Arwah orang yang mati karena carok pasti akan menjadi jrangkong (hantu tengkorak) atau dhin-dhadhin (mahluk jadi-jadian) yang selalu berkeliaran pada malam hari dan mengganggu tetangganya selama 40 hari sejak penguburannya.”

BACA JUGA: Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (11): Tak Nyekep, Sok Berani

Munculnya jrangkong atau dhin-dhadhin dipercaya sebagai pertanda bahwa almarhum tidak diterima oleh Tuhan. Oleh orang Madura diistilahkan: ta’ esapora.

Hal itu sebenarnya bisa terjadi juga pada ruh orang-orang yang bukan korban carok. Yang selama hidupnya selalu melakukan perbuatan dosa. Munculnya arwah pelaku carok bukan hanya karena ta' esapora, melainkan dimaknai pula sebagai pertanda ketidakiklasan almarhum menerima kematian. 

Kemunculan jrangkong atau dhin-dhadhin tentu jadi perbincangan antar warga. Itu memicu keluarganya untuk segera mengadakan selamatan dan membaca doa-doa demi ketenangan almarhum. 

Selain itu, pihak keluarga menuju makam orang tersebut. Kemudian meletakkan segenggam bu'u' atau tepung jagung. Jumlah tepung itu semakin banyak semakin baik. Bu’u diletakkan di atas pusara almarhum, sembari berucap pesan: Janganlah engkau berkeliaran. Lebih baik menghitung bu'u' ini sampai habis. 

Setelah ritual itu dilakukan, biasanya hantu tersebut tidak muncul lagi. Namun, bila mahluk gaib itu masih muncul juga, maka keluarganya kembali mengadakan selamatan. Barulah setelah itu jrangkong atau dhin-dhadhin menghilang. Tak lagi menampakkan diri.

Itulah mitos-mitos tentang carok yang berkembang dalam kultur Madura. Sebagaimana mitos, kebenarannya belum dapat dipastikan.

Namun, kemenangan carok akan membawa kebanggaan. Bagi keluarga yang berada di pihak seseorang yang kalah carok, meski terluka paling tidak orang itu telah melawan dengan berani. Kalah dengan jantan. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: