Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (13): Darah Obat Hati Luka

Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (13): Darah Obat Hati Luka

Pria Madura dengan senjata di tangan. Dalam tradisi carok, berbagai senjata dapat digunakan. Tradisi itu untuk mengobati luka hati karena dilecehkan. Jadi, pelaksanaannya tidak boleh sembarangan. --

HARIAN DISWAY - Banyak kepercayaan yang muncul dalam tradisi carok. Menjadi mitos yang kebenarannya belum dapat dipastikan. Seperti menjilat darah sampai hal-hal berbau mistis. Apa saja?

Dalam peristiwa carok 12 Januari 2024, terlihat dengan jelas pada video yang beredar. Celurit yang digunakan masing-masing orang begitu mengilap. Warna baja yang jernih menandakan ketajaman. 

Kakak-beradik Hasan Busri dan Mawardi menjadi pemenang duel tersebut. Kabarnya, mereka menyerahkan diri ke polisi. Celurit yang dibawa turut diserahkan. Sebagai barang bukti. Berikut jaket yang tersayat serta beberapa benda lain.

BACA JUGA: Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (12): Celurit Simbol Tulang Rusuk

Dalam konteks tradisi carok yang asli, jika telah memenangkan duel, maka yang diserahkan bukan celurit asli. Melainkan celurit lainnya yang telah dibasahi dengan darah ayam.

Tapi karena telah ada metode ilmiah forensik untuk memeriksa sampel darah, maka petugas forensik dapat dengan mudah mengetahui. Apakah darah yang ada di celurit adalah darah hewan atau manusia. Maka, kini semua pelaku carok tak dapat lagi menyimpan senjatanya atau berusaha mengelabui.

Budayawan Madura Hidrochin Sabarudin (Abah Doink) menyebut bahwa celurit hasil menang carok adalah kebanggaan. “Setelah berhasil membunuh lawan, celurit yang masih ada noda darahnya akan dijilat. Sebagai tanda kemenangan,” ungkapnya.

Perilaku itu merupakan manifestasi dari ungkapan Madura: lokana daghing bisa ejahi, lokana ate tada’ tambhana kajhabhana ngero’ dara. Artinya: jika daging yang terluka masih bisa dijahit atau diobati. Tapi hati yang terluka tak ada obatnya. Kecuali minum darah.

Pun, darah merupakan simbol kehidupan manusia. Meminum darah sama saja telah menguasai hidup seseorang dengan cara mencabut nyawanya.

Muncul pula mitos dalam masyarakat. Bahwa bila pemenang carok meminum darah, maka ilmu beladirinya akan bertambah. Sebab, darah yang diminum merupakan darah lawan yang lihai bersilat. “Energi dari orang itu diserap lewat darah. Di kemudian hari, katanya ia semakin berani. Begitu mitosnya,” ujar Abah Doink.

Pemenang tradisi carok yang asli akan menyimpan celurit bekas duelnya di rumah. Senjata itu disimpan dan dirawat dengan baik. Namun, sisa-sisa darah yang melekat tak pernah diusik atau dibersihkan.

Proses berjalannya waktu, sisa-sisa darah itu akan mengering. Menjadi noda dalam bilah baja yang awalnya berwarna perak. Sengaja dibiarkan karena darah itu adalah tanda kebanggaan. Yakni senjata itu pernah digunakan untuk membunuh lawan. Maka, celurit yang disimpan itu merupakan simbol kemenangan.

Celurit hasil menang carok biasanya akan jadi warisan turun-temurun. Senjata itu berhak dimiliki oleh anak laki-laki tertua. Sebab, itu menandakan keperkasaan leluhurnya. 

Setiap celurit pusaka akan disimpan dalam sarungnya (slonthong) yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau. Baru dibuka untuk diupacarai setiap malam Jumat Manis. Dalam kalender hari pasaran Jawa: Jumat Legi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: