Pak Berewok
ILUSTRASI Pak Berewok alias Surya Darma Paloh, ketua umum Nasdem.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Partai Nasdem boleh saja menyatakan dukungan terhadap upaya gugatan ke MK. Namun, dukungan itu mungkin sekadar memenuhi fatsun politik. Pak Berewok sudah menerima kunjungan Pak Wok Prabowo pada Jumat, 22 Maret 2024. Saling beri hormat, cipika-cipiki, berpelukan, saling puja puji. Game over.
Pak Berewok sudah meminjamkan kendaraan politiknya secara cuma-cuma kepada Anies dan sekarang saatnya untuk menarik kembali mobil carteran itu. Pak Berewok sudah membuktikan semboyan yang sangat dibanggakan, ”politik tanpa mahar”.
Ia pinjamkan kendaraan itu gratis kepada Anies. Namun, sebagai pemilik kendaraan, ia ingin kendaraannya balik dalam kondisi baik. Ia tidak ingin kendaraan tersebut balik dalam kondisi ringsek beyond repair, ’tidak bisa lagi diperbaiki’.
BACA JUGA: Kepada Penyelenggara Pemilu, Surya Paloh Minta untuk Kembali ke Jalan yang Benar
Partai Nasdem penyok-penyok di sana sini. Namun, secara keseluruhan kondisinya masih mulus dan mesinnya masih bagus. Terbukti, Nasdem masih bertahan di lima besar. Pak Berewok harus cepat-cepat menarik kendaraannya sebelum ringsek total. Dan, ia melakukannya dengan cepat, tepat, dan efisien.
Pengorbanan Pak Berewok sudah cukup besar dengan eksperimen politik itu. Sebagian bisnisnya terganggu dan dua menterinya masuk penjara. Ia harus melakukan recovery untuk mengatasi kerusakan sebelum Nasdem menjadi partai paria.
Pak Berewok melakukan eksperimen politik yang riskan. Mengambil paket Anies-Muhaimin berarti harus sekalian membawa gerbong politik Islam yang selama ini diasosiasikan dengan politik identitas yang selalu diasosiasikan dengan intoleranisme. Mengadopsi Anies sebagai anak angkat politik berarti mengangkut semua gerbong yang selama ini menjadi pendukung utama Anies.
Nasdem tidak sepenuhnya siap untuk memasuki ranah politik kanan. DNA Nasdem tidak ada di sana. Nasdem adalah reinkarnasi dari Golkar yang lebih sreg dengan identitas nasionalis ketimbang Islam.
Komposisi kepengurusan Nasdem mencerminkan hal itu. Ketua umum dari Islam, sekjen dari Nasrani. Ketika Johny G. Plate masuk penjara, slot Katolik diberikan kepada Hermawi Fransiskus Taslim.
Nasdem berusaha merasa nyaman dengan lingkungan baru di tengah-tengah euforia politik Islam kanan. Namun, hal itu tidak mudah. Ibarat memasukkan ikan gabus ke lautan yang asin, terasa asing dan megap-megap.
Pak Berewok menyatakan selamat tinggal politik identitas, selamat tinggal polarisasi kadrun-cebong. Namun, dalam praktiknya, polarisasi tetap terjadi, dan Nasdem terjebak dalam cold water, ’air dingin yang tidak nyaman’.
Para aktivis politik kanan juga belum sepenuhnya percaya kepada Nasdem dan tetap merasa nyaman dengan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang istiqamah selama 20 tahun terakhir.
Pak Berewok bisa membaca peta itu dengan cermat. Ia mempersiapkan exit plan supaya Nasdem tetap bisa selamat. Ia pun bekerja ”sat-set” seperti tagline pasangan Ganjar-Mahfud. Selang beberapa saat setelah hitung cepat lembaga survei memenangkan pasangan Prabowo-Gibran secara telak, Pak Berewok langsung bertemu Joko Widodo di istana.
Semua orang terbelalak. Anies Baswedan kaget, anggota Koalisi Perubahan juga dibikin kaget. Dengan gagah Pak Berewok mengatakan bahwa dirinya bukan tipe pengkhianat. Pak Berewok menegaskan tetap konsisten dengan eksperimen perubahan yang diusungnya. Materi pertemuan itu tetap dirahasiakan dengan rapat.
Orang hanya bisa berspekulasi. Sekarang, setelah Pak Berewok menyerah, orang bisa merekonstruksi isi pertemuan dengan Jokowi itu. Kira-kira begini: Here is the deal, ”Kamu tunggu sampai keluar pengumuman resmi dari KPU, dan setelah itu kamu segera bikin pernyataan menerima hasil pilpres”. Deal, salaman, dan wassalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: