BI Proyeksikan Ekonomi Jatim Tumbuh 5,5 Persen

BI Proyeksikan Ekonomi Jatim Tumbuh 5,5 Persen

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim Erwin Gunawan Hutapea memberi paparan dalam acara Jatim Talk I rangkaian Road to East Java Economic Forum (EJAVEC) 2024 yang berlangsung di Ballroom Hotel Vasa, Surabaya, Selasa, 26 Maret 2024.-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mencapai 4,95 persen pada tahun lalu. Menurun ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai 5,34 persen. Namun, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur justru memproyeksikan hingga 5,5 persen pada tahun ini.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Erwin Gunawan Hutapea dalam acara Jatim Talk I rangkaian Road to East Java Economic Forum (EJAVEC) 2024 yang berlangsung di Ballroom Hotel Vasa, Surabaya, Selasa, 26 Maret 2024.

Erwin menjelaskan bahwa investasi dan konsumsi akan menjadi motor utama penggerak ekonomi Jatim. Juga didorong kinerja berbagai lapangan usaha. Dalam penjualan eceran, survei mendapati penjualan suku cadang dan aksesori bakal menguat, demikian juga untuk bahan bakar dan peralatan komunikasi.

“Adapun dalam kredit rumah tangga, pertumbuhan kredit segmen ini diproyeksi bisa 9,79 persen pada triwulan I/2024, sementara pada triwulan IV/2024 bisa tumbuh 9,43 persen,” jelasnya. Bahkan berkontribusi lebih dari 14 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk itulah perlu bersama merumuskan strategi paling optimal untuk mendorong kesejahteraan ekonomi Jatim.

BACA JUGA:BUMDes dan Kemandirian Ekonomi Desa

BACA JUGA:Bakal Jadi Kekuatan Ekonomi Global, Presiden Jokowi Ajak Australia Berinvestasi di ASEAN

Dari sisi eksternal, ekonomi Jatim masih akan terpengaruhi situasi global. Perang Rusia dan Ukraina, konflik Palestina, perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat, hingga krisis Laut Merah bisa memengaruhi harga energi. Sejumlah komoditas impor hingga biaya transportasi logistik internasional pun bakal naik. 

Menurut Erwin, tantangan eksternal ini bisa terkontrol dengan memaksimalkan potensi domestik. Sinergi dan kolaborasi penting untuk menjaga ekonomi Jatim. “Bersama dengan kalangan praktisi dan akademisi memberikan sejumlah rekomendasi strategi yang perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi maupun inflasi di tengah tantangan konflik geopolitik,” urainya.

Konsumsi domestik yang solid telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Jatim. Ditambah lagi berlanjutnya investasi dan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN). Serta sinergi kebijakan antara pemerintah, BI, dan seluruh stakeholder.

Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim M. Noor Nugroho menambahkan, faktor belanja pemerintah diyakini akan turut mendorong perbaikan kinerja ekonomi Jatim. Itu sudah terlihat di kuartal I/2024 dari beberapa indikasi. Di antaranya penjualan eceran dan penjualan motor cenderung meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya.

BACA JUGA:Business Matching Dukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional dengan Cara Membeli Produk Lokal

BACA JUGA:Ekonomi RI Diproyeksikan Tumbuh Pada 2024-2025, Masih Di Sekitaran 5 Persen

“Dengan konsumsi naik, kondisi usaha otomatis membaik dan juga raw manufacturing meningkat,” ujarnya. Namun, inflasi masih perlu terus diwaspadai. Tidak boleh lengah. Sebab, ada tren kenaikan harga pangan seperti daging ayam, telur ayam ras, dan daging sapi. 

Serta ada kenaikan harga dengan level tinggi. Yakni harga beras yang selama 5 tahun belakangan tidak pernah menjadi penyumbang inflasi di masa Ramadan. “Tetapi kini malah menjadi pendorong inflasi,” jelasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: