Geopolitik Masih Memanas, Rupiah Diprediksi Terus Melemah

Geopolitik Masih Memanas, Rupiah Diprediksi Terus Melemah

Petugas mengangkut tumpukan uang kertas yang telah tertata di salah satu Bank di Surabaya, Jawa Timur.-Julian Romadhon-

HARIAN DISWAY - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih melemah. Sempat turun dari Rp 16.200 menjadi Rp 16.179, Kamis, 18 April 2024. Hanya menguat 0,25 persen seperti beberapa mata uang negara Asia lainnya.

Indeks dolar AS pun sedikit turun 0,13 persen, yakni ke 105,81. Sedangkan mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Won Korea Selatan mengalami kenaikan tertinggi mencapai 0,97 persen. Yang terlemah Baht Thailand turun 0,10 persen.

Pelemahan dolar AS ini terjadi setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi bahwa pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama. CME FedWatch Tool menunjukkan Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin tahun ini. Jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 bps, dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran.

Dari dalam negeri, sentimen datang dari Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI). Menunjukkan kinerja penjualan eceran pada Maret 2024. Bahkan diperkirakan tetap kuat seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat pada periode Ramadan dan tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.

BACA JUGA:Omzet ASII Menurun karena Rupiah Melemah

BACA JUGA:Mereaksi Ketegangan Timur Tengah, Rupiah Melemah

Sebagian kelompok tercatat meningkat secara tahunan. Di antaranya sub kelompok sandang sebesar 5,9 persen, kelompok suku cadang dan aksesori 12,0 persen yoy (year of year), serta bahan bakar kendaraan bermotor 13,2 persen. 

Kinerja penjualan eceran pada kuartal I/2024 juga diperkirakan tumbuh sebesar 3,7 persen. Lebih tinggi dari kuartal IV/2023 yang tumbuh 1,6 persen. Peningkatan tersebut didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok bahan bakar kendaraan bermotor. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim As Syuaibi memperkirakan mata uang rupiah akan kembali ditutup menguat di rentang Rp16.150-Rp16.200 per dolar AS.

Sedang Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, rupiah terhadap dolar AS melemah terutama karena sentimen terkait geopolitik. Namun, sebetulnya kecenderungan depresiasi rupiah ini sudah terlihat sebelum serangan Iran ke Israel. 


Petugas mengangkut tumpukan uang kertas yang telah tertata di salah satu Bank di Surabaya, Jawa Timur.-Julian Romadhon-

“Bank Indonesia terus menjaga. Sehingga harus mengeluarkan eluarkan cadangan devisa USD 4 miliar hanya dalam sebulan,” ujarnya saat dihubungi, tadi malam. Itu merupakan operasi moneter di pasar terbuka yang cukup besar. Dalam empat tahun terakhir pada momen setelah Lebaran, rupiah memang selalu terdepresiasi.

Namun, angkanya cenderung kecil hanya sekitar Rp 50 atau 0,4 persen. Untuk kali ini agak berbeda. Momen libur Lebaran bersamaan dengan serangan Iran ke Israel. Sehingga depresiasinya bisa mencapai 2 persen atau Rp 300 rupiah. Atau naik enam kali lipat dari biasanya.

BACA JUGA:Rupiah Digital: Mengubah Tradisi Bertransaksi

BACA JUGA:Prabowo Subianto: Pangan dan Energi adalah Kunci Menjaga Nilai Tukar Rupiah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: