Identitas Budaya Masyarakat Jawa Kuno: Sebuah Tradisi Kulineran dalam Prasasti Masahar

Identitas Budaya Masyarakat Jawa Kuno: Sebuah Tradisi Kulineran dalam Prasasti Masahar

Prasasti Masahar merupakan prasasti hasil temuan tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI saat melaksanakan ekskavasi penyelamatan di Situs Gemekan pada 2022. --

BACA JUGA: Perjuangan Perempuan di Balik Kain, Pameran Wastra Nusantara Koleksi KCBI

Kuliner Minuman

Minuman yang disajikan dalam upacara peresmian Sima terdiri dari minuman ringan dan minuman keras. Disebutkan bahwa seluruh tamu yang hadir mendapatkan wadah-wadah dan mendapatkan tiga jenis minuman alkohol tradisional yaitu siddhu, kinca, dan tuak.

Ketiganya wajib diminum masing-masing sebanyak tiga kali dan boleh menambah lagi. Siddhu merupakan minuman alkohol tradisional berbahan dasar dari tetes tebu. Kinca merupakan minuman alkohol tradisional yang terbuat dari asam Jawa.

Tuak merupakan minuman keras yang terbuat dari beras dan nira dari pohon enau atau nipah. Dapat pula menggunakan legen dari pohon siwalan atau tal serta dari tanaman atau buah yang lain. 

Pada akhir upacara, seluruh tamu undangan diberi minuman sari bunga oleh pengladen (pelayan) secara bersamaan. Termasuk sang matuwung atau orang yang membawa canang yang berbentuk piala dan patih yang paling terkemuka.

Semuanya melakukan penghormatan sesuai adat yang berlaku.

BACA JUGA: Songket Mahal untuk Lamaran Pukau Pengunjung Bordir dan Aksesori Fair 2024 di Grand City Mall Surabaya

Fungsi Kulineran

Aktivitas makan dan minum atau kulineran pada masa Jawa Kuno itu memiliki fungsi profan dan fungsi sakral. Fungsi profan itu memenuhi kebutuhan dan memperpanjang masa hidup serta fungsi kebersamaan dengan sesama manusia.

Fungsi sakralnya adalah sebagai upacara ritus keagamaan yang dianut pada masa tersebut. Dari aspek kuliner yang ditulis dalam prasasti itu menunjukkan bagaimana posisi tradisi kulineran pada masa Jawa Kuno yang merupakan aspek fundamental.

Tidak hanya bersifat profan tapi sakral. Dalam arti bahwa tradisi kulineran merupakan salah satu bentuk ritus suci dan sebagai rangkaian upacara keagamaan.

Identitas Budaya

Menurut Stuart Hall, identitas budaya adalah pengalaman sejarah dan budaya yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang mempunyai nenek moyang dan sejarah yang sama. Proses identifikasinya tidak akan pernah selesai.

Identitas budaya yang terdapat dalam tradisi kulineran pada masa Jawa Kuno sangat terkait dengan sejarah, agama, struktur sosial, dan interaksi dengan budaya lokal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: