Emosi, Bakar Suami sampai Mati

Emosi, Bakar Suami sampai Mati

ILUSTRASI istri bakar suami sampai mati karena emosi. Mereka adalah pasutri polisi yang tinggal di Asrama Polisi Mojokerto. Polwan briptu tersebut kini syok berat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dijelaskan, kesadaran orang emosi bahwa ia berada pada tahap berbahaya bisa membantu memperbaiki titik buta agresi. Bisa mencegah agresi. Caranya, tinjauan ke masa depan dan identifikasi, prediksi, dan deeskalasi. Itulah alat manajemen risiko yang rasional. 

Teknisnya, berhentilah dari semua kegiatan sejenak. Lantas, melakukan refleksi diri untuk mengidentifikasi perasaan. Lalu, membedakan antara tindakan rasional dan irasional. Dilanjut, memberikan label emosi kepada diri sendiri. Kemudian, mempertimbangkan strategi alternatif untuk menangani kemarahan, mengurangi impulsif, dan pilihan-pilihan yang dipikirkan secara mendalam.

Kejelasan emosi adalah memahami dan membedakan perasaan yang tersirat. Kapasitas itu memodulasi emosi negatif dan mengurangi agresi. 

Hasilnya, antara lain, melunakkan stereotip yang kaku, menghilangkan bias yang tersirat, dan memperbaiki perspektif yang sudah lama tidak tepat, menjadikannya lebih sehat secara adaptif bagi diri sendiri dan masyarakat.

Saran profesional dari Ninivaggi itu sebenarnya juga dilakukan masyarakat mana pun sehari-hari. Cuma, umumnya orang emosi tidak bisa meredakan emosinya sendiri. Karena ia tidak sadar kalau sedang emosi. Perlu bantuan orang lain untuk meredakan emosi.

Kalau orang Jawa melihat orang sedang emosi biasanya menyarankan dengan kalimat sederhana: ”Nyebut… nyebut…” Maksudnya, kepada orang yang emosi disarankan, sebutlah nama Gusti Allah, Sang Pencipta Semesta Alam dan segala isinya. Dengan menyebut asma Allah, biasanya orang bakal sadar, terhindar dari perbuatan agresi.

Walaupun saran itu kelihatan gampang, bagi orang yang emosi, itu sulit dilakukan. Buktinya, sangat banyak orang seperti Fadhilatun. Akhirnya menyesal. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: