BRIN Teliti Penyebab Hujan Lebat Yang Ganggu Pembangunan IKN
Mendung bergelayut di atas langit Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN Kalimantan Timur, BRIN saat ini berusaha meneliti penyebab cuaca berupa hujan deras yang hambat pembangunan IKN -OIKN-
HARIAN DISWAY -Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut terjadinya hujan lebat di IKN diduga karena adanya fenomena Mesoscale Convective System (MCS) yang diikuti oleh evolusi gelombang atmosfer.
Dalam diskusi Kamisan Prima di Bandung, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Eddy Hermawan menjelaskan gelombang-gelombang pada Mesoscale Convective System (MCS) memiliki peran dominan pada hujan lebat yang terjadi.
Sebelumnya, pembangunan di IKN sempat terganggu karena cuaca yang tidak bersahabat. BMKG dan BRIN bahkan beberapa kali sempat melakukan operasi Teknologi Modifikasi cuaca (TMC) yang memecah pertumbuhan awan.
Gangguan cuaca ini disebut pula menjadikan Presiden Jokowi batal berkantor di IKN
BACA JUGA:Proyek Molor, Jokowi Batal Pindah Kantor Ke IKN Bulan Ini
Eddy menyebutkan bahwa tidak mudah dalam mengungkap penyebab terjadinya curah hujan lebat pada satu kawasan yang terlokalisasi. “Terlebih dengan durasi singkat sekitar empat sampai enam jam seperti yang terjadi di IKN pada Maret 2022,” imbuhnya.
BACA JUGA:Satgas Jamin Kawasan IKN Bebas Banjir Kala Ulang 100 Tahunan
Curah Hujan Lebat di IKN, BRIN Teliti Penyebabnya--BRIN
Beberapa faktor dicurigai sebagai penyebab hujan lebat di IKN. Antara lain low frekuensi variability El Nino dan La Nina atau faktor Madden Julian Oscillation (MJO). Namun Eddy menyebut berbagai variabel diatas tidak memberikan penjelasan yang memuaskan. Sehingga pada akhirnya pihaknya menggunakan Gelombang Atmosfer sebagai pilihan terakhir.
BACA JUGA:Satgas IKN: Uji Pasokan Air Selesai 17 Juli 2024, Jaringan Internet Akan Didukung Fiber Optik
Eddy dan timnya mengungkapkan bahwa mereka masih belum bisa menyampaikan secara jelas penyebab terjadinya hujan lebat di IKN. Bahkan setelah mereka menggunakan pendekatan Weather Research and Forecasting (WRF).
“Kami melakukan pendekatan Weather Research and Forecasting (WRF), yaitu model cuaca yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atmosfer skala meso. Dengan berbagai skema konveksi, tetap saja kejadian tersebut tidak terungkap secara jelas karena kejadiannya bukan ekstrim tapi lebat biasa,” ungkapnya.
BMKG dan TNI AU menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di atas langit IKN untuk mengurangi hujan agar pembangunan lebih cepat dan lancar-BMKG-
Ia menjelaskan, masalah ini baru sedikit terungkap setelah parameter Vertically Integrated Moisture Flux Convergence (VIMFC) jam-jaman diseleksi menjadi berbagai jenis gelombang atmosfer, sehingga dihasilkan gelombang Equatorial Rossby, Kelvin, dan Mix Rossby Gravity waves sebagai faktor-faktor yang diduga menyumbang cuaca hujan di IKN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: