Bahasa, Alat Kekuasaan di Era Orde Baru
ILUSTRASI bahasa menjadi alat melanggengkan kekuasaan di era Orde Baru.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
KEBIJAKAN PENDIDIKAN SEBAGAI ALAT KONTROL
Penulis percaya bahwa setiap masyarakat Indonesia yang terbuka pemikirannya mengerti betapa pentingnya pendidikan di dalam mendukung kapasitas rasional dan kritis individu.
Namun, di bawah Orde Baru, pendidikan lebih difokuskan pada indoktrinasi ideologis daripada pengembangan pemikiran kritis. Kurikulum yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dan loyalitas kepada negara mengabaikan pentingnya pluralisme dan debat terbuka.
Dengan cara itu, pendidikan digunakan untuk menghambat perkembangan kapasitas kritis masyarakat dan memperkuat dominasi politik rezim.
PERLAWANAN
Bangkitnya perlawanan masa itu terhadap dominasi wacana resmi merupakan contoh nyata dari tindakan komunikatif yang berusaha mencapai pemahaman bersama dan konsensus melalui dialog yang rasional.
Kesadaran akan keterbatasan di dalam berpikir kritis dan bebas memicu berbagai kelompok aktivis dan intelektual menggunakan bahasa untuk mengkritik kebijakan rezim dan mengungkap realitas sosial yang berbeda dari narasi resmi.
Melalui media alternatif dan diskusi informal, dorongan untuk menciptakan ruang publik yang bebas dari dominasi dan memungkinkan terjadinya diskursus yang sehat makin kuat.
KESIMPULAN
Dalam konteks ini, bahasa digunakan sebagai alat kekuasaan dan bagaimana komunikasi dapat berfungsi sebagai alat perlawanan. Perspektif dengan akal sehat dan logika yang benar akan membantu kita memahami pentingnya komunikasi yang rasional dan bebas dalam proses evolusi sosial.
Dalam konteks Orde Baru, bahasa digunakan untuk mendominasi dan mengontrol masyarakat, menghambat terjadinya diskursus yang sehat dan terbuka. Namun, berbagai bentuk perlawanan menunjukkan bahwa komunikasi juga dapat digunakan untuk menantang dominasi dan memperjuangkan perubahan sosial.
Dengan demikian, tulisan sederhana ini hanya mengingatkan pentingnya menjaga kebebasan berekspresi dan pluralisme dalam kehidupan demokratis. (*)
Yose Ferlianto adalah pemerhati sosial, pendidikan, dan kebangsaan--
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: