Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga

Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga

Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga. Tokoh Raden Mursodo menunggang kuda diiringi kawulanya. Aktor yang memerankan tokoh itu selalu diarak setiap gelaran Petik Laut.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Warga Desa Padelegan, Pademawu, Pamekasan, Madura, menggelar tradisi Petik Laut atau Rokat Tase'. Kegiatan turun-temurun itu telah lestari sejak lama. Dirayakan dengan semarak oleh masyarakat setempat. Salah satu kegiatannya adalah arak-arakan.

Rimbun bakau tepi pantai. Petak-petak tambak. Satu-dua petani tampak merapikan garam-garam itu hingga menggunung. Madura tak segersang anggapan orang.

Di kanan-kiri tanaman tembakau tumbuh menghijau. Daunnya lebar. Itu pemandangan di sudut Kota Pamekasan. Di pesisir. Jauh masuk ke selatan, terletak Desa Padelegan. Desa para nelayan yang akrab dengan tradisi turun-temurunnya: Petik Laut.

BACA JUGA:Warga Padelegan Madura Gelar Petik Laut, Larung Sesaji di Laut Lepas


Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga. Boneka ta-butaan atau sosok raksasa yang digerakkan dengan cara seperti memainkan ondel-ondel. Ada dua ta-butaan dalam tradisi Petik Laut di Desa Padelegan, Madura.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Seperti halnya tradisi di daerah lain, Petik Laut pun tercipta berdasarkan mitos. Yakni kisah Raden Marsodo, bersama dua kawulanya: Masrud dan Mashud. Cerita rakyat yang bersemi di Desa Padelegan, pencetus tradisi Petik Laut. Dalam bahasa Madura disebut Rokat Tase'.

Dalam tradisi itu terdapat aktor yang memerankan ketiga tokoh tersebut. "Mereka hadir dengan naik kuda. Mengambil sesaji yang diletakkan di dalam rumah sesepuh desa," ungkap Klebun atau Kepala Desa Padelegan Ibnu Hajar.

Arak-arakan dimulai dari lapangan Padelegan. Berjalan menyisir setapak di tengah petak-petak tambak. Selain ketiga tokoh tersebut, di belakangnya para pemain musik berjalan mengiring. Membunyikan gamelan, perkusi khas Madura, dan alat musik tiup seperti slompret.

BACA JUGA:Tradisi Petik Laut di Kota Pasuruan Dipenuhi Ribuan Orang

Di belakangnya lagi terdapat dua boneka raksasa yang digerakkan oleh masing-masing satu orang. Seperti ondel-ondel di Jakarta. Dua boneka itu bentuknya dibuat seram tapi terlihat lucu. Warnanya merah. Bertaring. Masyarakat Padelegan menyebutnya ta-butaan. Atau dua raksasa jahat.

Sesekali kedua ta-butaan itu menggoda masyarakat yang berkerumun. Orang di dalamnya menggerakkan kedua tangan boneka itu. Mencolek siapa saja yang ditemui. Termasuk anak-anak. 

Arak-arakkan Marsodo dan dua kawulanya itu masuk ke dalam gang kecil. Menyusuri jalan sempit hingga ke depan rumah sesepuh desa tersebut. Namanya Seniman. Ia tak ingat secara pasti usianya. "Yang pasti sudah lebih dari 70 tahun. Anak saya ini saja umurnya sudah 50 tahun," katanya. Saat itu ia didampingi anaknya, Sumiati.

BACA JUGA:Tradisi Unik 1 Muharram di Berbagai Negara, dari Makan Bubur Sampai Mandi Lumpur


Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga. Sesaji yang disiapkan masyarakat Desa Padelegan untuk dilarung dalam tradisi Petik Laut.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Posisi sesepuh itu dijalankan secara turun-temurun. Tidak bisa digantikan orang lain. "Memang sudah seperti itu tradisinya. Saya menggantikan bapak saya. Kemudian kelak saya akan digantikan Sumiati," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway