Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga

Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga

Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga. Tokoh Raden Mursodo menunggang kuda diiringi kawulanya. Aktor yang memerankan tokoh itu selalu diarak setiap gelaran Petik Laut.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Sebagai sesepuh, ia menyiapkan berbagai sesaji. Diletakkan dalam miniatur perahu. Dihias sedemikian rupa. Dipasang bendera-bendera berbagai warna. Juga bendera merah putih di bagian belakang. Beberapa tandan daun pisang ada di dalamnya.

Di tempat itu para aktor beristirahat sejenak. Sesepuh Seniman tampak mengawasi kembali miniatur perahunya. Kemudian masuk ke dalam rumah untuk memastikan seluruh sesajinya lengkap. 

BACA JUGA:Menarik! Sentra Produksi Lontong dengan Sejuta Tradisi

Setelah beristirahat, para pemusik membunyikan lagi perangkat musiknya. Kemudian ketiga aktor berdiri. Aktor Marsodo mengambil mic dan mulai menembang dengan bahasa Madura. Nyanyian itu dilakukan sembari mengitari perahu sebanyak tiga kali. Diikuti kedua kawulanya.

Berbeda dengan tokoh Marsodo yang didandani layaknya seorang pangeran, tokoh Masrud dan Mashud tampil jenaka. Keduanya seperti punakawan dalam kisah pewayangan. Gaya berjogetnya pun lucu. "Nyanyian ini bermakna pamitan. Bahwa Marsodo meminta izin kepada sesepuh desa untuk membawa sesaji-sesaji itu," ungkap Ibnu.

 Klebun 58 tahun itu menyebut bahwa rangkaian penjemputan sesaji di rumah sesepuh itu dinamakan Ngone'eh Sesajen. Artinya, menjemput sesaji. Perlengkapan-perlengkapan itu dibawa oleh anak-anak perempuan berpakaian merah. 

BACA JUGA:Makna di Balik Bubur Sengkolo yang Jadi Tradisi Suku Jawa


Petik Laut Desa Padelegan, Madura (1): Arak-arakan Tokoh Legenda Disambut Antusias Warga. Anak-anak perempuan pembawa sesaji dari rumah sesepuh desa menuju lapangan Pantai Padelegan.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Beragam isinya. Seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Ada pula kepala kambing dan kepala sapi. Sesaji itu disunggi, atau diletakkan di atas kepala. Anak-anak itu menjadi kumpulan pengiring baru. Mereka berjalan di belakang para pemusik, di depan ta-butaan. Arak-arakan itu memutar ke barat, lalu kembali ke timur. 

Sampai di depan rumah klebun, arak-arakan itu berhenti. Ketiga aktor bernyanyi bersama. Lagu daerah berbahasa Madura. Masyarakat pun ikut bernyanyi. Setelah itu mereka kembali ke lapangan pinggir pantai. Di situlah sesaji-sesaji itu diletakkan. 

Lokasi peletakan itu pun secara turun-temurun ada di situ. Tak bisa dipindah ke tempat lain. Sebab, itu merupakan tradisi yang telah diamanatkan oleh leluhur Padelegan. Di tempat itu terpasang bilik khusus untuk menempatkan sesaji. Termasuk miniatur perahu tersebut. 

BACA JUGA:Identitas Budaya Masyarakat Jawa Kuno: Sebuah Tradisi Kulineran dalam Prasasti Masahar

Di depannya terdapat panggung dengan dominasi warna hijau dengan ornamen-ornamen artistik. Di situlah akan dipentaskan ludruk berbahasa Madura. Mementaskan lakon tentang kisah Marsodo dan kedua kawulanya.

Sebelum arak-arakan yang berlangsung pada 21 Juli 2024 itu, terdapat rangkaian acara yang digelar sejak 20 Juli. Pada pembukaan diisi dengan istighasah. Kemudian kauman atau pertemuan masyarakat. Di dalam kauman tersebut terdapat kegiatan tayuban.

Sedangkan sesaji-sesaji itu akan dilarung ke laut lepas pada 22 Juli. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway