Korban Tewas Tertimpa 'Gunung Sampah' di Uganda Terus Meningkat
Operasi penyelamatan longsor di tempat pembuangan sampah Uganda masih berlangsung--AP
HARIAN DISWAY - Jumlah korban tewas akibat tanah longsor di tempat pembuangan akhir (TPA) di ibu kota Uganda, Kampala, telah meningkat menjadi 21 orang.
Pernyataan ini dikeluarkan oleh polisi pada hari Minggu, 11 Agustus 2024 seperti yang dilansir Reuters.
Setelah hujan deras dalam beberapa minggu terakhir, gunung sampah di satu-satunya TPA kota tersebut longsor pada Jumat, 9 Agustus 2024 malam.
BACA JUGA:Antisipasi Perang, AS Akan Siapkan Bantuan Militer Senilai Lebih dari Rp 50 Triliun Untuk Israel
Kejadian tersebut sontak menghancurkan dan mengubur rumah-rumah di sekitarnya. Banyak korban yang sedang tidur pada saat tanah longsor tersebut terjadi.
Melansir dari Reuters, pemerintah juga telah memulai penyelidikan atas penyebab tanah longsor tersebut dan akan mengambil tindakan terhadap pejabat mana pun yang terbukti lalai.
Presiden Yoweri Museveni mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia telah memerintahkan perdana menterinya untuk mengkoordinasikan pemindahan semua orang yang tinggal di dekat tempat pembuangan sampah tersebut.
BACA JUGA:Hari Remaja Internasional 12 Agustus, Sejarah dan Tujuan Peringatannya
"Siapa yang mengizinkan orang tinggal di dekat tumpukan sampah yang berpotensi berbahaya dan membahayakan?" kata Tn. Museveni seraya menambahkan bahwa limbah dari lokasi tersebut cukup berbahaya sehingga orang-orang tidak boleh tinggal di sana.
"Pasukan Khusus UPDF telah dikerahkan untuk membantu penyelamatan. Saya juga telah memerintahkan Pengawas Keuangan Negara untuk membantu keluarga korban tewas dengan Sh.5 juta per orang yang meninggal dan Sh.1 juta per orang yang terluka. Ini bukan bagian dari kompensasi hukum yang mungkin diberikan Pemerintah jika ada Badan Pemerintah yang terbukti bertanggung jawab. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mengistirahatkan jiwa Rakyat kita yang telah meninggal dalam Kedamaian abadi dan menyembuhkan yang terluka," Museveni melanjutkan.
Pada hari Sabtu, 10 Agustus 2024, Otoritas Ibu Kota Kampala menyebut bahwa jumlah korban tewas akibat longsoran sampah mencapai delapan orang.
Tetapi jumlah itu direvisi naik setelah ditemukannya beberapa mayat lagi besok harinya, Minggu, 11 Agustus 2024.
Sementara itu petugas penyelamat terus menggali untuk mencari korban selamat. Tenda-tenda telah didirikan di dekatnya untuk mereka yang mengungsi akibat tanah longsor, kata Palang Merah seperti yang dilansir ABC.
Setidaknya 14 orang telah diselamatkan sejauh ini, kata juru bicara polisi Patrick Onyango. Ia juga menambahkan bahwa masih banyak lagi yang mungkin terjebak tetapi jumlahnya belum diketahui.
BACA JUGA:Foxconn Rekrut 50 Ribu Pegawai, Percepat Produksi iPhone 16
Tempat pembuangan sampah, yang dikenal sebagai Kiteezi, telah menjadi satu-satunya tempat pembuangan sampah di Kampala selama beberapa dekade dan telah berubah menjadi bukit sampah.
Terletak di lereng curam di bagian kota yang miskin, tempat ini sering dikunjungi oleh orang-orang yang mencari nafkah dengan mengais sampah plastik. Beberapa rumah juga bahkan telah dibangun di tepi lokasi tersebut.
Warga telah lama mengeluhkan limbah berbahaya yang mencemari lingkungan dan membahayakan warga di sekitarnya. Upaya untuk mendapatkan tempat pembuangan sampah baru juga telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Pemerintah Kota Kampala telah mempertimbangkan untuk menutup lokasi tersebut dan menggantinya dengan area yang lebih luas di luar kota sebagai lokasi pembuangan limbah alternatif.
Namun, tidak ada kemajuan yang dicapai dalam rencana tersebut sejak 2016.
Tragedi serupa juga telah terjadi di tempat lain di Afrika akibat tumpukan sampah kota yang dikelola dengan buruk.
Pada tahun 2017, sedikitnya 115 orang tewas di Ethiopia, tertimpa tanah longsor sampah di Addis Ababa. Sementara di Mozambik, sedikitnya 17 orang tewas dalam bencana serupa pada tahun 2018 di Maputo.
*)mahasiswa Politeknik Negeri Malang, peserta Magang Regular di Harian Disway
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: abc news