Kiprah Mustofa Sam, Bentuk Karakter Anak Bangsa dengan Permainan Tradisional

Kiprah Mustofa Sam, Bentuk Karakter Anak Bangsa dengan Permainan Tradisional

Kiprah Mustofa Sam, Bentuk Karakter Anak Bangsa dengan Permainan Tradisional. Hulahop menjadi salah satu permainan yang dipopulerkan Mustofa Sam di Kampoeng Dolanan, Jalan Kenjeran IV Surabaya.-Sahirol Layeli-Harian Disway

Sebelum era smartphone melanda, waktu dan aktivitas anak-anak dihabiskan dengan permainan tradisional. Kini semua itu makin tersisih. Salah seorang pemuda yang peduli, Mustofa Sam, dengan gigih berupaya melestarikannya lagi. Perjuangannya itu bahkan diapresiasi di tingkat nasional.

Hulahop terus berputar di pinggang Muhammad Nabil. Bocah sembilan tahun itu begitu lihai memainkannya. Dua kawannya yang lain mengikuti, tapi kurang luwes dan stabil. Mustofa Sam mendekat dan memberikan contoh kepada anak-anak itu dengan memutar-mutar tubuhnya.

”Jadi, harus seimbang. Tiap sisinya harus mengenai pinggang untuk menambah daya putaran,” ucap Mustofa saat ditemui Rabu, 7 Agustus 2024. Anak-anak itu pun menurut. Kemudian, mencoba. Permainan itu sengaja diajarkan untuk mengasah psikomotorik dan ketangkasan anak. 

BACA JUGA:Kampung Lali Gadget; Wujudkan Masa Kecil Gembira Tanpa Ketergantungan Gawai


Kiprah Mustofa Sam, Bentuk Karakter Anak Bangsa dengan Permainan Tradisional. Kesabaran Mustofa Sam saat mengajarkan anak-anak bermain egrang bambu di Kampoeng Dolanan Kenjeran.-Sahirol Layeli-Harian Disway

Itulah aktivitas sehari-hari anak-anak di Kampoeng Dolanan Surabaya. Lokasinya di Jalan Kenjeran IV, Simokerto, Surabaya. Komunitas itu dibangun Mustofa sejak 13 Desember 2016.

Upayanya melestarikan permainan tradisional tersebut sebenarnya bermula pada 2010. Mustofa berjuang seorang diri. ”Waktu itu saya mengajar di sebuah komunitas sosial di dekat ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Dari situ, saya tertarik mengenalkan kembali permainan tradisional,” ucap ayah satu anak tersebut.

Hingga 2014, ia menggiatkan permainan tradisional di kalangan anak-anak eks lokalisasi Dolly. ”Saya sudah beraktivitas di situ sebelum ramainya penutupan Dolly. Saya tergugah karena sering mendengar kasus-kasus trafficking di sana,” ujar pria 33 tahun tersebut.

BACA JUGA:Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Jadi Relawan di Kampung Lali Gadget

Bermain permainan tradisional dapat menyelamatkan anak-anak dari pengaruh buruk media. Mereka mudah mengaksesnya lewat televisi atau smartphone. 

Itu berdampak bagi kepribadian anak-anak tersebut. Maka, bagi Mustofa, permainan tradisional adalah salah satu cara terbaik untuk membangun karakter anak.

Ia berinisiatif untuk memulainya dari lingkungan kecil, lalu pergi ke berbagai daerah. Masuk ke kampung-kampung, menemui anak-anak, lantas mengajak mereka bermain. 

BACA JUGA:Seru! Kurangi Ketergantungan Anak Pada Gadget, Kemendikbudristek Gelar Festival Permainan Tradisional

”Dengan biaya sendiri, saya membeli mainan-mainan tradisional dari pedagang kecil. Lalu, saya bawa dengan sepeda motor ke berbagai daerah. Jadi, kalau saya pergi, pasti ada gembolan di sepeda motor,” ujarnya, kemudian tertawa. 

Mustofa juga mengembangkan misinya di sejumlah titik Car Free Day (CFD). ”Mulai CFD Tunjungan, Darmo, CFD Pekalongan, CFD Lumajang, dan lain-lain. Hanya untuk mengajak anak-anak bermain. Tapi, saya dulu sering diusir. Total sudah 50 kali diusir,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: