Ini Langkah Proaktif Pemkot Surabaya Hadapi Ancaman Gempa Megathrust

Ini Langkah Proaktif Pemkot Surabaya Hadapi Ancaman Gempa Megathrust

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.-Humas Pemkot Surabaya-

"Kami minta DPRKPP untuk membentuk tim pengawas gedung bertingkat. Semoga di Surabaya tidak terjadi gempa," tambahnya.

Di sisi lain, peringatan potensi megathrust di Indonesia juga mengundang respons dari berbagai akademisi. Salah satunya Pakar Manajemen dan Mitigasi Bencana Universitas Airlangga (Unair) Hijrah Saputra.

Menurutnya, peringatan BMKG terkait megathrust harus disertai literasi lebih lanjut. Terutama terkait risiko yang ditimbulkan dari gempa berkekuatan besar tersebut. 

"Apabila dibiarkan tidak ada penjelasan, ini menimbulkan rasa was-was pada masyarakat Indonesia," ucap Hijrah.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ada beberapa wilayah yang secara teori patut diwaspadai, seperti zona megathrust yang ada di Selat Sunda atau di Mentawai Siberut. 

Kedua zona tersebut memiliki wilayah seismic gap yang cukup lama. Kekosongan aktivitas seismik tersebut membuat energi yang tersimpan semakin besar.

Ini tentu berbahaya. Bila energi itu lepas, gempa bumi berkekuatan besar akan terjadi. Bahkan bisa berpotensi tsunami, bergantung pada mekanisme sumber gempanya. 


Zona penunjaman Busur Sunda dengan beberapa kejadian gempa bumi magnitudo besar.-Mukti dan Aribowo, 2017-

Anda sudah tahu, beberapa tahun ke belakang, Indonesia kerap dilanda gempa bumi maupun tsunami besar. Di antaranya tsunami Aceh 2004, gempa Jogja 2006, gempa Pangandaran 2006, gempa Lombok, dan gempa Palu 2018. 

"Gempa-gempa tersebut mengakibatkan korban jiwa dan kerugian material yang cukup besar. Seharusnya sudah cukup bagi kita untuk belajar dari peristiwa tersebut,” tegasnya.

BACA JUGA:Gempa Megathrust Kerap Terjadi di Zona Kecil 

Lebih lanjut, Hijrah menegaskan bahwa gempa bumi tidak bisa diprediksi secara pasti. Dalam artian dapat sewaktu-waktu terjadi. Oleh karenanya, literasi terhadap mitigasi bencana alam perlu digencarkan oleh pemerintah.

Dengan begitu, masyarakat menjadi tahu untuk lari dan menyelamatkan diri ke tempat yang aman. Terlebih bagi masyarakat yang tinggal di pesisir akan memiliki risiko besar saat gempa bumi berlangsung.

Menurutnya, pemerintah Indonesia harus belajar dari keseriusan negara Jepang terkait mitigasi bencana alam. Mereka menerapkan early warning berbasis teknologi untuk menyebarluaskan peringatan bencana.

“Kita harus serius menghadapi ancaman bencana alam. Ini adalah pengingat bahwa kita hidup di wilayah yang rentan bencana. Jangan menunggu sampai bencana besar terjadi baru kita bertindak,” tandas Hijrah. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: