Tamsil Kisah Adam, Politik Dinasti, dan Etika Berkontestasi
ILUSTRASI tamsil kisah Nabi Adam AS, politik dinasti di Indonesia, dan etika berkontestasi di pemilu.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Jelas tidak ada larangan bagi seseorang untuk berkontestasi dalam perebutan kekuasaan. Apalagi, itu dilakukan melalui mekanisme demokrasi. Bahkan, secara jujur harus diakui bahwa demokrasi di negeri ini diselamatkan oleh mereka yang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, dan pilkada.
Namun, penting diingatkan agar mereka yang running dalam perebutan kekuasaan senantiasa berpegang pada etika. Pesan tersebut penting karena, meminjam istilah Profesor Jimly Asshiddiqie, semua jabatan publik yang dikompetisikan secara bebas dan terbuka cenderung digunakan sebagai ajang mencari kekuasaan.
Lebih ironis lagi, jabatan-jabatan publik tersebut sering kali digunakan sebagai ajang mengembalikan sekaligus mengumpulkan modal finansial. Targetnya, mereka dapat berkontestasi dalam pemilu selanjutnya. Syahwat politik untuk terus berkuasa menjadikan sejumlah pejabat publik di lembaga eksekutif dan legislatif terlibat berbagai kasus korupsi.
Keterlibatan pejabat publik dalam berbagai kasus korupsi merupakan kejahatan kemanusiaan dan pengkhianatan terhadap amanah rakyat. Untuk itulah, tamsil kisah Adam yang terusir dari surga terasa penting direnungkan mereka yang sedang berjuang untuk meraih kekuasaan.
Mereka yang sedang antre di bawah pohon khuldi harus tetap menunjukkan cara-cara terhormat dan bermartabat. Penting diingat, kekuasaan yang diraih secara terhormat dan bermartabat pasti akan melahirkan pejabat publik yang berintegritas. (*)
*) Biyanto adalah guru besar ilmu filsafat UIN Sunan Ampel dan sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: