Hedonisme Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP: Hidup Mewah X Mental Lemah

Hedonisme Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP: Hidup Mewah X Mental Lemah

Fenomena Mahasiswa Penerima KIP: Hidup Mewah X Mental Lemah. -Copilot-

Dalam seleksi KIP-K, seharusnya dilakukan secara lebih transparan terutama terkait kuota penerima, cara mendaftar, hingga proses verifikasi. Dengan begitu, masyarakat dapat ikut memantau kemungkinan terjadinya KIP-K salah sasaran. 

Pemerintah juga harus melakukan evaluasi terhadap regulasi dan proses verifikasi penerima KIP karena kelonggaran regulasi dan proses verifikasi yang tidak transparan menjadi ruang bagi mahasiswa yang miskin mental untuk melakukan rekayasa dokumen.

Berdasarkan penelitian Prasetyo, et.al (2022) pihak kampus dan Pemerintah juga harus gencar dalam memberikan sosialisasi dan edukasi bagi mahasiswa pada tahap awal pendaftaran program KIP supaya mereka mengurangi rasa insecure dan menerima segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan; mengikuti berbagai macam organisasi yang sesuai dengan kemampuan dirinya dan ikut serta aktif di dalam berkegiatan di dalam organisasi tersebut. 

Selain itu harus ada upaya untuk mengubah mindset atau pola pikir pesimis menjadi optimis (Kim, et.al., 2023); serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti beberapa pelatihan tentang peningkatan mental diri.

Dengan begitu diharapkan penerima KIP-K adalah mereka yang benar-benar memiliki keterbatasan finansial, bukan mereka yang hanya inginnya hidup mapan tetapi miskin mental.

*) Wahyu Eko Pujianto Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo

*) Azibur Rahman Dosen STAI Al Akbar Surabaya, Ketua Forum Nasional untuk Pembangunan Sosial dan Inovasi

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: