Festival Film Santri 2025 Digelar, Diawali dengan Workshop 5 Ponpes di Jatim

Festival Film Santri 2025 Digelar, Diawali dengan Workshop 5 Ponpes di Jatim

Pelaksanaan workshop pengarsipan dan produksi film yang menjadi rangkaian Festival Film Santri 2025.--

HARIAN DISWAY - Santri di Jawa Timur kini punya ruang berekspresi lewat film. Wadah menuangkan kreativitas itu bernama Festival film Santri 2025.

Rangkaian Festival Film Santri 2025 itu diawali dengan workshop di lima pesantren di Jawa Timur. Workshopnya sendiri dikemas dengan tema Pengarsipan dan Produksi Film.

Workshop Festival Film Santri 2025 tersebut diawali dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, 22-24 Agustus 2024.

Lalu secara berurutan dilaksanakan di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan (30 Agustus-1 September), An Nur Malang (6-8 September), Lirboyo Kediri (12-14 September), dan Salafiyah Sukorejo Situbondo (20-22 September).

Festival Film Santri adalah festival film di Indonesia yang fokus pada perkembangan sinema dan dunia Islam.

Festival Film yang akan diselenggarakan pada 2025 ini memulai langkah awal dengan mengaktivasi sejumlah program. Antara lain Workshop Pengarsipan dan Produksi Film, Workshop Kritik dan Kuratorial film, Misbar Santri, dan Santri Keliling.

Agoes Sam, Direktur Festival Film Santri mengatakan, aktivasi program itu merupakan langkah paling awal untuk memperkenalkan kepada santri, secara khusus, dan publik, secara umum.

"Perlu dikenalkan ke publik, khususnya santri bahwa sebuah festival film digagas bukan hanya untuk perayaan semata. Tapi juga sebagai sarana belajar melalui praktik kebudayaan dan pengetahuan yang dilakukan secara kolaboratif, eksperimentatif, dan simulatif," ujar Agoes. 

BACA JUGA:Festival Film Sacra Cinema 2024: Peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia, Wartakan Injil Lewat Sosial Media

Dalam workshop Pengarsipan dan Produksi Film itu, santri diajarkan menggali arsip terutama untuk melihat peran pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dan akar kebudayaan Islam di Indonesia.

Khazanah pengetahuan pesantren dapat ditelisik melalui ketokohan serta berbagai arsip berharga seperti manuskrip kuno, kitab-kitab kanon dan klasik Islam, catatan sejarah, surat-surat, memorabilia, arsitektur, kesaksian, dan lainnya.

Praktik retrospektif yang dituangkan melalui workshop pengarsipan dan produksi film diharapkan mampu membuka wawasan akan pentingnya kerja-kerja pengarsipan, riset dan kajian yang mendalam.

"Serta kemungkinan alih wahana arsip-arsip pesantren ke dalam medium baru," kata Agoes.

BACA JUGA:Festival Film Sastra Indonesia: Mahasiswa Unesa Tampilkan Empat Film Pendek Adaptasi Cerpen Kukila Karya Aan Mansyur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: