Korea Selatan Membuka Penyelidikan Terhadap Kasus Deepfake Telegram

Korea Selatan Membuka Penyelidikan Terhadap Kasus Deepfake Telegram

Ketua Komisi Standar Komunikasi Korea Ryu Hee-lim memimpin pertemuan darurat tentang kejahatan seks digital di Seoul pada 28 Agustus 2024.--Reuters/Yonhap

HARIAN DISWAY - Polisi Korea Selatan memulai investigasi terhadap platform Telegram. 

Platform tersebut diduga bersekongkol dalam distribusi dengan salah satu penyedia konten tak senonoh. Pernyataan itu dikeluarkan pada Senin, 2 September 2024. 

Penyelidikan itu dilakukan karena dugaan keterlibatan Telegram dalam distribusi konten deepfake tak senonoh.

BACA JUGA:Evolusi Teknologi Polisi Memburu Pelaku Tindak Kejahatan: Dulu Andalkan Pager, Kini Dimudahkan Tracker Alamat IP

Termasuk gambar-gambar eksplisit remaja yang dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Korea Selatan dikenal sebagai negara dengan adopsi teknologi yang cepat. Penggunaan teknologi AI canggih untuk menciptakan konten palsu yang sangat realistis membuat kasus itu menjadi contoh nyata dari bahaya yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi.

BACA JUGA:Penjual Video Porno via Telegram dapat Omzet hingga Rp 7 Juta Per Bulan

Seorang penyiar Korea Selatan melaporkan bulan lalu, terdapat mahasiswa yang memiliki channel Telegram illegal untuk berbagi materi tak senonoh deepfake dari teman sekelas perempuannya.

Hal itu kemudian menjadi salah satu dari banyak kasus terkenal yang memicu kemarahan publik.

Pelaku kejahatan deepfake dilaporkan telah menggunakan platform media sosial lain seperti Instagram untuk menyimpan foto korban.

BACA JUGA:Antisipasi Tindak Kejahatan, Pertamina dan Polri Tandatangani Kerja Sama Pengamanan Objek Vital Nasional

Foto tersebut kemudian digunakan untuk membuat materi pornografi palsu dengan menggunakan teknologi AI.

“Sehubungan dengan kejahatan (deepfake) itu, Badan Kepolisian Nasional Seoul meluncurkan penyelidikan minggu lalu,” kata Woo Jong-soo, kepala biro investigasi di Badan Kepolisian Nasional, mengutip dari konferensi pers, seperti yang dilansir dari CNA.

“Telegram tidak responsif terhadap permintaan kami terkait informasi akun selama investigasi kejahatan yang terkait dengan Telegram,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: cna