Korea Selatan Membuka Penyelidikan Terhadap Kasus Deepfake Telegram
Ketua Komisi Standar Komunikasi Korea Ryu Hee-lim memimpin pertemuan darurat tentang kejahatan seks digital di Seoul pada 28 Agustus 2024.--Reuters/Yonhap
BACA JUGA:Donald Trump Posting Gambar Deepfake AI Berisi Dukungan Taylor Swift
"Per minggu lalu saja, polisi menerima 88 laporan tentang konten tak senonoh deepfake," tambah Woo.
Ia juga menyebut bahwa pihaknya telah mengidentifikasi 24 tersangka. Penyelidikan kasus itu dimulai setelah pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, ditangkap bulan lalu di Prancis.
CEO berumur 39 tahun itu didakwa dengan beberapa tuduhan karena gagal mengekang konten ekstremis dan ilegal di aplikasi chat populer tersebut.
Woo juga menyebut jika polisi Korea Selatan telah berjanji untuk mencari cara agar dapat bekerja sama dengan berbagai badan investigasi, termasuk Prancis, untuk meningkatkan investigasi mereka terhadap platform tersebut.
BACA JUGA:Nagita 61 Detik, Gorengan Deepfake?
Para aktivis mengatakan Korea Selatan menderita epidemi kejahatan seksual digital. Termasuk yang melibatkan spycam dan situs tak senonoh.
Sementara itu, terdapat tantangan besar untuk memerangi kasus tersebut. Termasuk undang-undang yang tidak memadai untuk menghukum para pelaku.
Selain itu, karena kasus kejahatan deepfake itu juga melibatkan warga negara lain, maka diperlukan kerja sama internasional untuk menghentikan distribusi konten ilegal tersebut.
BACA JUGA:Profil Penyerang dalam Cyber Security
Selain memicu kemarahan publik, hal itu juga mendorong Presiden Yoon Suk Yeol yang seorang mantan jaksa, untuk meminta pihak yang bersangkutan agar menyelidiki dan menangani kejahatan digital itu secara menyeluruh.
Kasus deepfake di Korea Selatan itu menyoroti tantangan serius dalam era digital. Teknologi AI yang seharusnya bermanfaat justru disalahgunakan untuk tujuan yang merugikan.
*mahasiswa Politeknik Negeri Malang, peserta magang regular di Harian Disway
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: cna