Fufufafa

Fufufafa

ILUSTARSI fufufafa.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Kalau benar akun itu milik Gibran Rakabuming Raka, implikasinya akan makin luas. Sebab, ia sekarang menjadi wakil presiden terpilih. Postingan yang banyak diungkap netizen berkaitan dengan kebencian Fufufafa terhadap Prabowo Subianto. Unggahan tersebut layak disebut kebencian karena sudah memenuhi unsur hate speech (ujaran kebencian) sebagaimana diatur dalam UU ITE.

Hate speech atau ujaran kebencian menurut KBBI (Kamus Besa Bahasa Indonesia) adalah ujaran yang menyerukan kebencian terhadap orang atau kelompok tertentu. Ujaran kebencian juga bisa diartikan sebagai tindakan komunikasi yang dilakukan individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain.

Postingan akun Fufufafa sudah memenuhi unsur-unsur itu. Fufufafa secara brutal menyerang Prabowo secara pribadi. Salah satu unggahan menyebut soal anak tunggal Prabowo yang disebut punya kelainan orientasi seksual. Unggahan lainnya menyebut soal rumah tangga Prabowo.

Fufufafa terang-terangan kerap melontarkan kata-kata kasar dan tak senonoh dalam postingannya. Akun itu sering memakai ungkapan jorok dengan menyebut kelamin laki-laki maupun perempuan.

Bukan hanya Prabowo yang menjadi sasaran kebencian Fufufafa. Keluarga Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menjadi target Fufufafa. Salah satunya menyasar Agus Harimurti Yudhoyono yang disebut sebagai anak ingusan.

Persoalanya menjadi serius karena menggelinding menjadi isu politik. Selama ini saluran politik formal sudah buntu. Parlemen sudah mandul dan hanya menjadi stempel kekuasaan. Maka, yang muncul kemudian adalah parlemen jalanan dalam bentuk unjuk rasa mahasiswa. Maka, yang kemudian muncul adalah parlemen digital yang menjadi cermin fenomena baru di dunia politik.

Demokrasi digital itu memunculkan fenomena kedaulatan demokrasi di tangan netizen, yang tidak bisa dikontrol atau dikendalikan secara total oleh kekuasaan. 

Rezim Joko Widodo boleh bangga bisa mengendalikan parlemen dan partai-partai politik. Rezim Prabowo boleh gagah bisa membujuk kekuatan politik besar untuk bergabung bersama. 

Namun, fenomena parlemen digital telah menandai lahirnya era baru demokrasi di tangan netizen yang bisa menjadi kekuatan oposisi yag efektif. Mekanisme checks and balances yang gagal diperankan DPR akan diambil alih parlemen digital.

Isu Fufufafa bisa menjadi kerikil dalam sepatu yang mengganggu kenyamanan hubungan Prabowo-Gibran. Istana negara masih bingung menyikapi isu itu. Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi –yang lebih berperan sebagai jubir keluarga Jokowi ketimbang sebagai menteri– kewalahan menghadapi serangan netizen. 

Kelihatannya masih dicari skenario terbaik yang bisa menjadi escape plan yang bisa meloloskan Gibran dari rendaman air panas itu.

Netizen pun sudah mengantisipasi skenario tersebut. Sebelum istana menyusun skenario escape plan, netizen sudah menyerang dengan memunculkan tagar ”gerakan cebok nasional”. Netizen sudah menduga bahwa akan ada skenario untuk memunculkan boneka, yang akan mengaku sebagai pemilik akun Fufufafa. Dia akan ditangkap, diadili, dan dipenjara. 

Skenario itu –kalau jadi– tidak akan bisa membersihkan kotoran yang ditinggalkan di pantat Fufufafa. Anak polah bapak kepradah. Skenario Jokowi untuk memuluskan transisi kekuasaan kepada Prabowo berantakan gegara ulah kurang ajar Fufufafa. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: