Pilkada di Depan Mata, Jatim Butuh Pemimpin Berfigur Ambeg Paramarta

Pilkada di Depan Mata, Jatim Butuh Pemimpin Berfigur Ambeg Paramarta

ILUSTRASI pilkada di depan mata, Jatim butuh pemimpin berfigur ambeg paramarta. Ambeg paramarta menurut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat mengutamakan kepentingan orang lain.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Pemilih sebaiknya jeli menilai para calon gubernur Jatim. Hanya kandidat yang menawarkan konsep komunikasi yang memastikan bahwa semua informasi dari pemangku amanah disampaikan kepada semua warga setiap saat yang layak dipilih. 

Kandidat perlu menyodorkan komitmen pentingnya berkomunikasi secara efektif baik untuk memengaruhi opini publik maupun menjaga legitimasinya. Dalam upaya itu, kandidat dapat mengeksplorasi pendekatan komunikasi dua arah untuk memastikan keterlibatan yang lebih intens. 

Kemampuan untuk terlibat dalam komunikasi dua arah dengan warga negara melibatkan serangkaian struktur, proses, dan praktik yang saling terkait, yang telah diterapkan oleh seorang pemimpin untuk berkomunikasi secara efektif dengan publik.

Falsafah kepemimpinan masyarakat Jawa yang sangat kental, yaitu ”ha ngayomi”, ”handarbeni”, dan ”hangajeni”. 

Hangayomi bermakna memberikan perlindungan kepada warga/orang lemah, seluruh warganya, tanpa membedakan dari kasta dan ras serta suku dan agama keyakinan apa pun. 

Handarbeni berarti ikut memiliki lingkungan dan daerahnya agar bisa berjalan dalam keadaan baik dan stabil.

Hangajeni bermakna memberikan rasa hormat kepada siapa pun tanpa memandang kasta, pangkat, golongan, suku dan agamanya, di mana sifat dan rasa toleransi tersebut sekarang ini dianggap telah luntur oleh zaman. Orang hidup dengan sifat individualitas. 

Rasa gotong royong telah hilang akibat gempuran dan pengaruh dari budaya asing yang telah memengaruhi seluruh sendi sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Seolah bangsa ini negara ini sudah menjadi negara liberal, sudah bercorak sebagai negara negara kapitalis. Bukan lagi negara yang berbudaya Indonesia yang berdasar Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup bangsa. 

Itulah menjadi tugas dari pemimpin ke depan dari bangsa ini untuk mengembalikan lagi ruh keindonesiaan dari bangsa yang beradab dan berbudaya ketimuran ini. (*) 

*) Sukarijanto adalah pemerhati kebijakan publlik dan peneliti di Institute of Global Research for Economics, Entrepreneurship & Leadership dan kandidat doktor di Program S-3 PSDM Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: