Dampak Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Dampak Pemangkasan Suku Bunga The Fed

ILUSTRASI dampak pemangkasan suku bunga The Fed secara global. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dengan data terbaru, kemungkinan turunnya adalah September, November, dan Desember tahun ini, masing-masing 25 bps. Untuk tahun depan, pada periode kuartal I dan II. Hal itu mengindikasikan optimisme tinggi akan potensi pasar global menggeliat kembali. 

Kedua, adanya pergerakan mata uang rupiah yang belakangan ini cenderung menguat dan stabil. Membaiknya pergerakan rupiah juga menjadi salah satu hasil kejelasan FFR. Ditopang faktor kebijakan lainnya, yaitu konsistensi bauran kebijakan moneter BI dan kian derasnya aliran modal asing yang masuk. 

Ketiga, inflasi yang tetap rendah dan berada dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Otoritas BI meyakini bahwa kinerja inflasi juga dipengaruhi kuatnya sinergisitas dan koordinasi BI bersama stakeholder lainnya. Misalnya, pemerintah pusat maupun daerah melalui gerakan nasional pengendalian inflasi pangan. 

Keempat, disokong pula oleh menurunnya suku bunga acuan sehingga BI optimistis dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini bakal berada dalam target kisaran 4,7–5,5 persen atau pada titik tengah 5,1 persen. 

Terakhir, penyaluran kredit pembiayaan perbankan. Dengan menurunnya BI rate, diharapkan dapat membuat perbankan makin giat menyalurkan kredit. Bukan hanya perbankan, kebijakan ini juga mendukung sektor fiskal, khususnya untuk pembiayaan fiskal. Sebab, imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) juga akan turun dan rendah sehingga pembiayaan fiskal itu juga terdongkrak. 

Mengapa kebijakan pemotongan suku bunga The Fed Fund Rate sangat ditunggu-tunggu pasar global? Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga The Fed, yang dimulai setelah lonjakan inflasi, diperkirakan akan memperlambat ekonomi dan mengakibatkan hilangnya pekerjaan. 

Walau begitu, resesi belum terjadi meski inflasi berdasar indeks harga konsumen telah turun dari 9 persen pada pertengahan 2022 menjadi 2,5 persen. Tingkat pengangguran, meskipun kenaikannya menjadi 4,2 persen, hal itu masih tergolong rendah dalam sejarah. 

Dengan memangkas suku bunga, The Fed berharap mampu mempertahankan kondisi yang demikian. Pada fase belakangan, pertumbuhan perekrutan dan upah telah melambat, jumlah lowongan kerja per pekerja berkurang, dan lebih banyak pekerja menerima pekerjaan paruh waktu meski menginginkan pekerjaan penuh waktu. 

Pemangkasan suku bunga diharapkan dapat memperlambat laju tren itu dengan membuat pinjaman lebih murah bagi sektor bisnis dan rumah tangga sehingga mendorong pengeluaran (public spending). Namun, mengorkestrasi pemangkasan suku bunga untuk mencapai soft landing, menjaga inflasi tanpa mengguncang pasar tenaga kerja, justru itulah yang menjadi tantangan besar bagi The Fed. 

Seiring dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed, bank-bank juga menaikkan suku bunga tabungan dan deposito berjangka. Namun, ketika The Fed mengisyaratkan pemangkasan suku bunga, bank-bank mulai menurunkan suku bunga tersebut dan diperkirakan akan menurunkannya lebih lanjut setelah pemangkasan suku bunga terjadi. Itu akan berdampak negatif bagi para penabung.

Hal yang sama dengan otoritas BI ketika melakukan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan akan memantik hadirnya optimisme baru akan menggeliatnya perekonomian domestik setelah mengalami masa suram akibat suku bunga tinggi yang menekan semua sektor ekonomi. Sehingga, dengan melandainya suku bunga acuan, parameter-parameter ekonomi bisa menemukan momentumnya kembali. (*)


*) Sukarijanto adalah pemerhati Kebijakan Publlik dan Peneliti di Institute of Global Research for Economics, Enterpreneurship, & Leadership dan kandidat doktor di Program S-3 PSDM Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: