Kampanye Tolak Reklamasi SWL Bersama Lamri dan Abdinesia

Kampanye Tolak Reklamasi SWL Bersama Lamri dan Abdinesia

Suasana diskusi dan nonton bareng di acara Manunggal Cita, Jumat, 11 Oktober 2024 di C2O Library Surabaya-Jelita Sondang Samosir-

HARIAN DISWAY - Dalam agenda menyebarluaskan informasi mengenai proyek reklamasi Surabaya Waterfront Land (SWL), Organisasi Laskar Mahasiswa Republik Indonesia (Lamri) bersama Abdinesia terus bergerak. Mereka menggelar acara bertajuk Manunggal Cita Nyawiji Ing Segara

Acara yang berlangsung Jumat malam, 11 Oktober 2024 ini diisi nonton bareng film dokumenter berjudul Merebut Pesisir. Film ini mengisahkan dilema mendalam anak nelayan terhadap masa depan pekerjaan ayah dan ibunya sebagai nelayan di Surabaya. 

acara yang digelar di C2O Library Surabaya ini  juga diisi dengan diskusi publik mengenai film atau tentang proyek SWL. Jibril dari LAMRI mengatakan, belum banyak orang Surabaya yang mengetahui isu besar tentang reklamasi SWL. Padahal proyek itu bisa memperparah rusaknya ekosistem laut di Surabaya. 

"Acara ini bertujuan untuk menyebarkan kepedulian pada dampak lingkungan proyek tersebut kepada masyarakat Surabaya. Meskipun proyeknya belum jelas dan sudah berlabel PSN, tapi masih cukup menyeramkan," ucap Jay nama panggilannya. 

BACA JUGA:Pakar ITS: Proyek Surabaya Waterfront Land Tidak Layak Jadi PSN

BACA JUGA:Proyek PSN Surabaya Waterfront Land, Kepentingan Siapa?

Lebih lanjut, Jay menerangkan, Wali Kota Surabaya sudah menandatangani penolakan proyek ini saat para nelayan berdemo. Penandatangan penolakan itu dilakukan karena belum adanya Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) oleh pengembang. 


Para pengisi materi pada sesi diskusi publik di acara Manunggal Cita, Jumat, 11 Oktober 2024 di C2O Library, Surabaya.-Jelita Sondang Samosir-

"Wali Kota bilangnya nolak, tapi sebagai warga Surabaya bukan sebagai Walikota Surabaya. Tapi balik lagi, namanya PSN dan sudah direncanakan. Apalagi PSN punya Perpees sendiri yang mendukung adanya percepatan realisasi," bebernya. 

Maka dari itu, ini adalah waktu yang tepat untuk menyebarkan kabar dan menumbuhkan kepedulian warga Surabaya. Agar semakin banyak kawan yang sadar dan mendukung penolakan proyek SWL tersebut. Sebelum amdal-nya terbit. 

Hal itu juga yang diharapkan oleh Jida, anak nelayan yang ada dalam film dokumenter tersebut. "Karena bagi kami, proyek ini adalah proyek pembunuh nelayan," tegasnya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: