Emil Dardak vs Gus Hans, The Game Changer
ILUSTRASI Emil Dardak vs Gus Hans, The Game Changer.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Emil berhasil menambal kelemahan Khofifah yang lebih kuat pada segmen pemilih nahdliyin, terutama Muslimat. Emil banyak mendulang suara dari pemilih nasionalis dan pemilih rasional yang baru menentukan pilihan pada injury time.
Emil terus menyala. Ia kemudian didesain untuk menjadi ketua Partai Demokrat Jawa Timur. En route –dalam perjalanan– ia berbenturan dengan sesama kader Demokrat, yaitu Bayu Airlangga, yang merupakan menantu Pakde Karwo, mantan gubernur Jatim dua periode.
Dalam musda, Emil hanya mengumpulkan 13 suara dukungan DPD (dewan pimpinan daerah), terpaut hampir separuh dari Bayu yang mengumpulkan 25 suara.
Namun, Emil punya akses ke DPP Demokrat yang lebih kuat. Hubungan bapaknya, Hermanto Dardak, yang dekat dengan SBY menjadi salah satu faktor yang membuat AHY lebih memilih Emil ketimbang Bayu.
Emil terpilih, Bayu kecewa dan akhirnya hengkang dari Partai Demokrat menuju Partai Golkar.
Emil menjadi perhatian nasional ketika dalam Pilpres 2024 didapuk sebagai salah seorang juru bicara cawapres Gibran Rakabuming Raka. Emil bahkan menjadi mentor dan personal trainer bagi Gibran dalam tiga putaran debat.
Emil bahkan dicurigai sebagai joki yang menyuplai jawaban kepada Gibran melalui electronic device rahasia.
Dalam kontestasi kali ini, Emil akan berhadap-hadapan langsung dengan Gus Hans. Emil punya kelas, tetapi Gus Hans punya kaliber yang tidak dipunyai Emil, yang bisa menjadi faktor pembeda.
Gus Hans relatif bersih karena belum pernah bersentuhan langsung dengan pemeritahan. Sebaliknya, Emil sedang berkutat dengan tudingan korupsi dana hibah yang sedang diobok-obok KPK.
Gus Hans punya daya tarik yang kuat untuk menjaring suara generasi milenial. Gaya komunikasi politiknya yang cair dan egaliter menjadi magnet yang kuat untuk menarik dukungan dari berbagai kalangan.
Latar belakang santri yang kental menjadi modal sosial-politik yang berharga bagi Gus Hans sebagai game changer yang mencetak gol pada menit-menit akhir.
Curriculum vitae politik Gus Hans cukup meyakinkan. Ia menjadi tim inti pasangan Khofifah-Emil pada pilgub 2018. Gus Hans menjadi juru bicara Khofifah dan terlibat dalam penyusunan strategi dan visi-misi Khofifah-Emil.
Gus Hans mempunyai insight, pemahaman yang mendalam, terhadap jeroan Khofifah-Emil. Hal itu bisa menjadi political advantage, ’keuntungan politik’, yang memungkinkannya menjadi game changer.
Gus Hans punya DNA kiai-politikus yang kental. Ayahandanya, KH As’ad Umar, dikenal sebagai kiai cum politikus kelas wahid di Jawa Timur. Gus Hans tidak perlu dikarbit untuk bisa menduduki posisi penting. Ia membuktikan kemampuannya sendiri.
Beberapa pekan menjelang pertandingan final, survei masih mengunggulkan Khofifah-Emil atas Risma-Gus Hans. Namun, jaraknya makin rapat. Akselerasi Risma-Gus Hans kian kencang, sedangkan Khofifah-Emil mentok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: